DEMAKMU.COM | LEBANON—Melihat Dunia Islam di Timur Tengah, menurut Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RI untuk Lebanon, Harjiyanto Y. Thohari menyebut state of mind (alam pikir) Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang berorientasi pada kemajuan dan non sectarian penting untuk dikembangkan di sana.
Dalam paparannya di acara rangkaian Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 secara hybrid di Surakarta, Harji memberi pertimbangan kepada Muhammadiyah terkait dengan pola gerakan internasionalisasi yang dicanangkan oleh pada milenium kedua ini.
Menurutnya ada dua yang menjadi pokok dalam hal ini, yakni internasionalisasi struktur dan/atau state of mind. Melihat dua pokok itu, menurut Hajri tidak bisa dilepaskan dari konteks di mana Negara yang akan dituju. Ia mencontohkan misalnya di Negara-negara Islam Timur Tengah, alam pikir atau state of mind Muhammadiyah perlu dikembangkan di sana. Hal itu sebagaimana pengamatan yang dilakukan Hajri sebagai Dubes RI untuk Lebanon.
“Kalau saya melihat di Negara Islam, terutama yang di Timur Tengah saya rasa state of mind Muhammadiyah menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Sebuah Islam yang berorientasi pada kemajuan, non sectarian, dan lebih dari pada itu selalu menempatkan di dalam perubahan sosial itu akan menghasilkan suatu keadaan Umat Islam mendapatkan kedudukan yang terhormat di dalam sistem di masing-masing Negara itu”. Tuturnya pada (31/5).
Menurut Anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini, antara internasionalisasi struktur atau state of mind Muhammadiyah keduanya bisa dilakukan secara simultan, akan tetapi jauh lebih strategis mengawalinya dengan internasionalisasi state of mind. Hajri beralasan, karena pra syarat pembentukan cabang itu bukan pada jumlah anggota, tetapi terkait dengan keberadaan amal usaha. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa Muhammadiyah lebih mementingkan gerak/aksi dari pada jumlah anggota.
“Anggota yang begitu banyak tidak begitu utama jika di situ tidak ada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan definisi amal usaha itu adalah dari yang paling sederhana sampai yang sangat kompleks.” Ucapnya.
“Yang paling sederhana adalah sebuah pengajian yang produktif itu sudah termasuk kriterium Amal Usaha,” imbuhnya.
Hajri menjelaskan, pengajian yang produktif sudah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai AUM. Oleh karena itu, dia menyarankan supaya tidak terburu-buru membentuk structural Muhammadiyah, melainkan lebih baik terlebih dahulu memobilisasi warga Muhammadiyah untuk mendirikan atau membentuk AUM.