DEMAKMU.COM | Sragen – Perkuat pemberdayaan sektor hilir pertanian, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) meresmikan Rice Mill Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Sragen. Peresmian dilakukan secara langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ahad (30/10) di Desa Puro, Kecamatan Karang Malang, Sragen.
Haedar menuturkan ini merupakan aktualisasi atas isu yang selama menjadi concern MPM tentang kedaulatan pangan melalui penguatan petani-petani lokal kecil. Apresiasi juga disampaikan Haedar atas peresmian ini. “Kami Pimpinan Pusat Muhammadiyah lebih bangga lagi atas yang dilakukan MPM dan JATAM Sragen, melupakan langkah yang semakin berkemajuan,” ucap Haedar.
Menurutnya, ini merupakan langkah maju dan diharapkan semakin meluas. Pada kesempatan ini Haedar mendorong pemerintah dan rakyat untuk mencintai produk lokal Indonesia. Khususnya pada pemimpin dan pemangku kebijakan negeri, dirinya mendorong supaya ada terobosan-terobosan akseleratif untuk mendukung kedaulatan pangan dengan menguatkan posisi produk-produk lokal.
“Soal kesulitan-kesulitan kita punya doktor dan ahli, bahkan ahli pertanian dari luar negeri kalau tidak bisa memecahkan mata rantai masalah ini. Kalau ini yang terjadi apa yang ditulis oleh Clifford Geertz itu bahwa involusi pertanian Indonesia berabad-abad sejak kita dijajah tidak pernah selesai, involusi itu artinya jalan ditempat,” ucap Haedar.
Sementara itu, Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamien dalam sambutannya mengatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui MPM pelan tapi pasti. Pemberdayaan pertanian di seluruh level kepemimpinan akan terus berjalan. Dalam menciptakan ekosistem pertanian yang berkesinambungan dan meningkatkan kualitas pertanian memakan waktu yang tidak singkat.
Yamien juga menyoroti semakin sempitnya lahan pertanian yang digarap oleh petani. Di mana hal ini menjadi masalah yang urgent untuk segera ditemukan solusinya. “Kondisi petani Indonesia, bahwa lahan yang dikelolanya tidaklah teramat luas. Dari 250 Jamaah Tani (Kabupaten Sragen), 90 hektar tanah yang dikelolanya. Mencerminkan rata-rata hampir di seluruh petani di Indonesia,” tutur Yamien.
Melalui peresmian rice mill atau penggilingan padi ini, imbuhnya, menjadi tanggung jawab bersama untuk meniti jalan pemberdayaan petani. Dia mengungkapkan bahwa, antara kapasitas produksi penggilingan padi ini masih lebih besar ketimbang serapan pasar. Oleh karena itu dirinya mengajak supaya jaringan Muhammadiyah-‘Aisyiyah untuk dikuatkan supaya bisa menyerap hasil produksi padi dari Jamaah Tani Muhammadiyah.
Atas pemberdayaan petani yang dilakukan oleh MPM di Kabupaten Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, Bupati Sragen menyampaikan terima kasih dan apresiasi untuk keluarga besar Muhammadiyah. Kemajuan yang dicatatkan oleh Kabupaten Sragen menurutnya tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah, tanpa kolaborasi dengan Muhammadiyah dan ormas yang lain. Dirinya juga mengapresiasi perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Sragen yang berkembang luar biasa.
Kusdinar menyampaikan bahwa, Kabupaten Sragen merupakan lumbung padi, di sini setiap tahun selalu mengalami surplus padi. Sektor pertanian tak pelak menjadi soko guru yang menopang perekonomian di Kabupaten Sragen. “Karena kita bukan daerah kawasan industri yang seperti dimiliki daerah Karanganyar. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih banyak ke Muhammadiyah yang fokus pada pemberdayaan masyarakat itu akan membantu perekonomian kita,” tuturnya.
Dirinya juga berharap supaya pemberdayaan masyarakat petani di Sragen oleh Muhammadiyah untuk diperluas, bukan hanya kepada warga Muhammadiyah saja, tapi masyarakat umum juga diberdayakan. “Kami berharap sirkulasi ini berlanjut semakin besar sehingga serapannya untuk di Kabupaten Sragen semakin tinggi. Kami selalu bangga dengan sinergitas dengan Muhammadiyah karena selalu ada ide-ide yang bisa membantu kami untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sragen,” tandasnya.