DEMAKMU.COM | YOGYAKARTA — Konsep pencerahan baik dalam Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir bahwa pencerahan mengandung tiga dimensi maupun proses yaitu pembebasan, pemberdayaan dan memajukan.
Pasalnya, meski Indonesia sudah merdeka dan Kongres Perempuan I telah berusia lebih dari 80 tahun, akan tetapi usaha pembebasan masih diperlukan. Karena situasi dan budaya masih membelenggu dan mendiskriminasi perempuan dengan berbagai dalih dan latar belakang.
Kedua konsep pencerahan adalah pemberdayaan dengan usaha-usaha praksis, sehingga dalam membebaskan tidak cukup hanya membongkar tatanan tetapi juga harus membangun melalui pemberdayaan sebagai usaha memantapkan eksistensi perempuan dan manusia secara luas.
“Lebih jauh orientasinya pada pemajuan, melakukan akselerasi gerakan dalam usaha pemberdayaan perempuan itu.” Kata Haedar pada, Jumat (19/5) dalam Resepsi Milad ke-106 ‘Aisyiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Oleh karena itu konsep ketiga dari pencerahan adalah memajukan merupakan usaha akselerasi, sehingga perempuan bukan lagi maju secara personal, tetapi juga mengalami kemajuan secara kolektif dan struktural bisa berada dalam sistem yang integratif di bangsa sampai dengan tatanan global.
Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan, bahwa dalam sebuah organisasi harus ada progresifitas atau kemajuan yang lebih akseleratif. Karena dalam hematnya, dalam tubuh organisasi yang besar seperti Muhammadiyah-‘Aisyiyah memiliki ‘penyakit’ konservatisme baru yang hinggap di kebesaran dan kesuksesan.
Pesan tersebut, kata Haedar, bukan hanya berlaku untuk Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Tetapi juga bagi bangsa dan setiap organ di sistem kehidupan. Bahkan ‘penyakit tersebut juga hinggap dalam perusahaan-perusahaan besar yang kemudian terkapar akibat tidak mampu mengobati penyakit bawaan ketika sudah besar dan jaya.
“Mengalami kungkungan konservatisme; merasa nyaman, aman, sudah mapan tau-tau yang lain sudah berubah dan ekosistem yang sudah tidak mendukung lalu kemudian jatuh.” Ungkapnya.
Tentu Haedar tidak berharap Muhammadiyah-‘Aisyiyah akan mengalami hal itu. Maka Milad ke-106 ‘Aisyiyah harus sebagai waktu bermuhasabah, bukan hanya kisah sukses, tetapi juga perlu dilihat penyakit organik yang hidup dalam diri ‘Aisyiyah.
“Lambat bergerak misalkan, Fixed mindset itu harus diubah menjadi mindset yang berubah yang akseleratif, dinamis bahkan progresif.” Tuturnya.
Lebih detail Haedar menyebut, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan pelopor Taman Kanak-Kanak, pada abad kedua ini apa yang akan dilakukan agar Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) mengalami akselerasi dan bertransformasi, dinamis serta progresif.