DEMAKMU.COM | SURABAYA – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal berpesan kepada mubalig Muhammadiyah agar gunakan kacamata akademik dan prinsip wasathiyah ketika paparkan masalah fikih.
Hal itu disampaikan Fathur pada Rabu (22/5) dalam Rapat Kerja II Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Aula Mas Mansyur Kantor PWM Jatim, Jl. Kertomenanggal, Surabaya.
Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini menjelaskan, mubalig tidak boleh tendensius dan eksploitatif dalam menjelaskan masalah agama kepada mad’u atau audien umat. Sebab jika pesan dakwah tendensius dikhawatirkan menjadi alat pemecah belah umat.
“Jangan mengeksploitasi ayat untuk hal yang tendensius karena itu memicu perpecahan umat,” tutur Fathur.
Dalam menyampaikan pesan dakwah, mubalig Muhammadiyah harus berpikir jernih serta memiliki sanad keilmuan yang jelas. Fikih dakwah harus dipegang, sehingga pesan yang disampaikan bervibrasi pada kesejukan, dan tidak mengkritik berdasarkan motif pribadi.
Mengambil contoh mubalig Muhammadiyah, bahwa pesan dakwah yang disampaikan sesuai dengan Manhaj Tarjih, dakwahnya telah tuntas untuk berbagai persoalan umat baik persoalan hukum fiqih maupun persoalan sosial.
“Relasinya kan jelas kontribusi Muhammadiyah terhadap Islam dan kebangsaan tidak lepas dari pemikiran wasathiyah para tokoh Muhammadiyah,” imbuhnya.
Terkait dengan ramainya Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang dikafirkan oleh kelompok salafi-wahabi, Fathur berharap meski ada tuduhan sesat hingga tahdzir kepada tokoh Muhammadiyah, warga harus tetap menahan diri dan menjaga ukhuwah Islamiyah, Basyariyajbdan Wathaniyah.
“Karena warga kita kan tidak terbiasa (bicara) kasar jadi harus tetap menahan diri dan fokus menjaga persatuan umat,” pungkasnya.