DEMAKMU.COM | Semarang – Lazismu Jawa Tengah baru saja menggelar pertemuan bulanan selama dua hari pada Kamis-Jumat (17-18/10/24) yang dihadiri oleh 75 peserta. Peserta tersebut terdiri dari para Manajer Lazismu PDM se-Jawa Tengah dan Kepala Kantor Layanan Lazismu PWM Jateng. Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas manajerial dalam penerapan sistem manajemen anti-penyuapan berbasis ISO 37001:2017.
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Sekretaris PWM Jawa Tengah Dodok Sartono, Analis Standarisasi Ahli Muda BSN M Wibowo Sukendar, Analis Standarisasi Ahli Pertama BSN Fansuri, serta Ketua BP Lazismu PWM Jawa Tengah Dwi Swasana Ramadhan. Hadir pula jajaran Badan Pengurus dan Dewan Pengawas Lazismu serta Manajer Area Lazismu Jawa Tengah, Ikhwanushoffa.
Dalam sambutannya, Ketua BP Lazismu PWM Jawa Tengah, Dwi Swasana Ramadhan, menegaskan bahwa Lazismu memiliki visi bersama untuk menjadi lembaga zakat yang terpercaya. Salah satu indikator kesuksesannya adalah pencapaian penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah (ZISKA) yang terus meningkat. Hingga akhir September 2024, Lazismu berhasil menghimpun dana sebesar Rp213 miliar.
“Lazismu telah menjalani audit eksternal sebanyak enam kali, yang menunjukkan bahwa kami terus berusaha meningkatkan transparansi,” kata Dwi Swasana. Dia juga menyampaikan bahwa mulai 2025, pencatatan keuangan Lazismu se-Indonesia akan menggunakan sistem informasi yang terintegrasi.
Menurutnya, penerapan ISO 37001:2017 adalah langkah strategis agar para muzakki (pemberi zakat) semakin yakin menyalurkan ZISKAnya melalui Lazismu. Selain itu, Lazismu Jawa Tengah terus berupaya menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk menyalurkan CSR dan dana sosial mereka.
Sekretaris PWM Jawa Tengah, Dodok Sartono, dalam sambutannya menekankan pentingnya pertemuan rutin untuk menjaga kinerja organisasi. “Kalau organisasi jalan tanpa rapat, tandanya organisasi itu tidak sehat. Maka, pertemuan rutin seperti ini sangat penting,” ungkap Dodok Sartono. Ia juga menyoroti bahwa Lazismu bisa menjadi contoh bagi Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) lainnya yang berada di bawah naungan PWM Jawa Tengah.
Dodok Sartono juga mengingatkan bahwa standarisasi dan penerapan ISO 37001:2017 harus dilakukan secara serius dan tidak hanya sebatas formalitas. “Jangan sampai ISO ini hanya menjadi sekadar sertifikasi tanpa ada implementasi yang nyata di lapangan. Yang penting bukan hanya pengakuan, tetapi bagaimana sistem ini benar-benar diterapkan,” tegasnya.
Lazismu diharapkan bisa menjadi teladan dalam hal ini. “Banyak permakluman dalam Muhammadiyah, tapi kita harus terus mendorong agar setiap standar yang kita tetapkan dapat dijalankan dengan baik,” ujarnya.
Editor : M Taufiq Ulinuha