DEMAKMU.COM | MAKASSAR — Hadir untuk membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada Kamis (27/7) di Universias Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar, Ketua Umum PP Muhammdiyah Haedar Nashir menekankan dua hal penting, yakni urgensi kader elit strategis dan kader berwawasan masa depan.
“Saya memahami betul bahwa tantangan perkaderan tidak mudah. Kader bagi setiap organisasi merupakan eksponen yang paling penting karena merupakan anggota inti dari organisasi, dan kita berharap bahwa ke depan Muhammadiyah makin memperbanyak kader sebagai anggota inti yang punya potensi dan fungsi, peran sebagai elit-elit strategis bukan hanya di persyarikatan tetapi di kehidupan keumatan, kebagnsaan, dan kemanusiaan semesta,” jelas Haedar Nashir.
Haedar mengatakan kader-kader elit strategis ini mengacu pada jejak historis keterlibatan kader-kader Muhammadiyah di berbagai era dan masa. Pada masa Kolonial bangsa, kader-kader Muhammadiyah menjadi penggerak di berbagai bidang, pendidikan, kesehatan, dan kebangsaan.
Pada era pasca kemerdekaan, kader-kader elit strategis menjadi penentu rumusan-rumusan kenegaraan dan kebangsaan. Salah satunya adalah Pancasila dan UUD. Di era kepresidenan Soeharto, kader-kader Muhammadiyah banyak yang berkat keterampilannya menjadi teknokrat yang unggul.
Pada masa reformasi, tantangan semakin banyak. Maka, Haedar menegaskan bahwa peran-peran strategis di segala sektor kehidupan harus bisa diwarnai dengan kehadiran kader-kader Muhammadiyah yang unggul.
Kader Berwawasan Masa Depan
Namun, untuk menciptakan kader elit-elit strategis untuk tahun-tahun ke depan ini juga dibutuhkan sebuah cara perkaderan yang memungkinkan kader-kader Muhammadiyah memiliki wawasan masa depan.
“Kalau kita perkaya dan perluas lagi, dalam Al-Qur’an kita tidak sekadar harus memastikan kita tidak menghasilkan generasi yang lemah, tapi juga menyiapkan kader yang memiliki kesadaran masa depan yang ditunjang kekuatan jiwa yang serba utama (takwa), dan orientasi kesadaran tentang masa depan baik di dunia maupun akhir,” urai Haedar.
Haedar mengatakan bahwa konsep “kader berwawasan masa depan” ini berakar dari kisah ketika Nabi memerintahkan para sahabat untuk menempa mental dan wawasan orang-orang yang datang ke Madinah dengan pakaian compang-camping dan masih berpikir secara terbelakang.
“Masa depan ini tidak saja, masa depan duniawi, tapi juga akhirat,” tambah Haedar.
Pesan Untuk MPKSDI
Melanjutkan tentang kader elit strategis, menurut Haedar, sudah menjadi tugas MPKSDI untuk berperan dalam mengakselerasi kehadiran kelompok-kelompok elit strategis.
“Dalam menghadapi era baru kita perlu terus mensistematisasi gerakan kader kita. Kader di bidang profesi, kader intelektual, kader politik, kader wirausaha dan bisnis atau ekonomi, dan kader yang menguasai teknologi. Era terbaru 10 yang terkaya adalah mereka yang menguasai IT. Ini niscaya. Artinya bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah, Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, dan MPKSDI serta lembaga-lembaga di Muhammadiyah harus bisa berpikir 50 tahun ke depan,” jelas Haedar.
Haedar mengingatkan bahwa kemajuan kader Muhammadiyah juga bergantung pada isu-isu yang diwacanakan dan dipikirkan. Maka menurut Haedar, kader-kader Muhammadiyah harus pintar dalam mengolah narasi dan fokus pada kontribusi keilmuan yang jauh ke depan. Untuk itu, perdebatan-perdebatan yang bersifat tidak produktif, seharusnya dapat disikapi dengan lebih bijaksana dan proporsional. Apalagi jika berlawanan dengan semangat tajdid dan Muhammadiyah sebagai dakwah yang menebar Risalah Islam pencerahan.
“Misi Nabi Muhammad itu konstruktif sejak awal yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Ini landasan yang kita anut di dalam bermuhammadiyah. Kita punya ideologi yang berkemajuan. Semoga ini menjadi pegangan dalam agenda transformasi kader dengan membuka ekosistem baru,” jelas Haedar yang disambung dengan mengucap bismillah untuk membuka Rakernas MPKSDI yang dihelat di Universitas Muhammadiyah Makassar antara tanggal 27-29 Juli 2023 dan dihadiri oleh utusan dari 30 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia.