DEMAKMU.COM | JAKARTA – Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 esok bakal membahas sejumlah permasalahan menyangkut perbaikan masalah-masalah di tingkat keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta.
Untuk isu kemanusiaan semesta, Persyarikatan Muhammadiyah akan mengangkat empat isu bahasan. Demikian terang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafiq Mughni dalam acara Gerakan Subuh Mengaji, Ahad (9/10).
“Muhammadiyah ini pertama-tama menjadi organisasi lokal yang haya terbatas di Yogya saja. Kemudian menjadi benar-benar nasional. Muhammadiyah adalah organisasi yang paling merata di seluruh Indonesia. Tidak ada kantong-kantong khusus di daerah tertentu. Organisasi lain mungkin hanya kuat di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Aceh, tapi Muhammadiyah merata di seluruh Indonesia,” ujar Syafiq.
“Maka Muhammadiyah memandang bahwa isu-isu nasional menjadi sangat penting. Nah Muhammadiyah sekarang tidak bisa dilihat hanya nasional, tapi organisasi internasonal yang dalam istilah lain bisa juga disebut sebagai gerakan trans-nasional dalam arti yang positif,” imbuhnya.
Sebagai bagian dari fenomena global tersebut, maka Muhammadiyah dipandang perlu memberi perhatian terhadap isu kemanusiaan yang sifatnya universal beserta persoalan-persoalan global lainnya.
Adapun isu kemanusiaan semesta pertama adalah soal membangun tata dunia yang damai berkeadilan.
“Ada konflik di mana-mana. Konflik di banyak tempat. Muhammadiyah mungkin hanya bisa bersuara saja, tapi Muhammadiyah punya kewajiban moral untuk menyerukan perdamaian dan keadilan. Karena itu di dalam garis kebijakan internasionalnya, Muhammadiyah telah menjadikan dua kata kunci yang harus ditegakkan bersama-sama yaitu perdamaian dan keadilan. Sebab tidak mungkin ada perdamaian tanpa keadilan. Konflik itu hampir 100 persen muncul dari ketidakadilan,” ujarnya.
Isu kemanusiaan semesta kedua adalah soal regulasi dampak perubahan iklim. Muhammadiyah tidak bersifat responsif, namun antisipatif dengan berbagai usaha mitigasi untuk menyelamatkan kehidupan manusia banyak.
“Hewan dan tumbuh-tumbuhan akan punah karena atmosfer dan bumi kita yang terus memanas dan akan sampai pada satu derajat cuaca yang tidak memungkinkan kita ini untuk hidup. Karena itulah seluruh elemen masyarakat internasional harus berjuang untuk mengurangi eskalasi dari perubahan iklim ini dan berbuat sesuatu untukk antisiapsi ketika perubahan iklim itu secara pelan semakin nyata,” ujar Syafiq.
Isu kemanusiaan semesta ketiga adalah soal mengatasi kesenjangan antarnegara.
“Ada negara superpower yang bisa dikte negara-negara lain, ada proxy war, dan berbagai macam yang ini benar-benar menunjukkan ada kesenjangan. Maka Muhammadiyah menyerukan harus diatasi kesenjangan ini,” kata dia.
Isu kemanusiaan semesta keempat adalah soal menguatnya xenophobia, termasuk di dalamnya Islamophobia. Kendati PBB sudah mengeluarkan deklarasi anti Islamophobia, tapi hal ini belum tergarap dengan baik di Indonesia. Syafiq berharap ke depan ada kerja serius dan simultan untuk mengikis masalah ini.