JAKARTA — Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada 25 Februari 2024 lalu genap berusia 66 tahun. Pada milad ke 66, Haedar mendapat hadiah buku “Jalan Baru Moderasi Beragama”.
Buku Jalan Baru Moderasi Beragama merupakan kumpulan tulisan dari beberapa rekan, pemikir keislaman, dan keindonesiaan yang berinteraksi dengan Haedar baik secara fisik maupun pemikiran. Buku setebal 528 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Peluncuran buku ini dilakukan pada Senin (4/3) di Auditorium Perpustakaan Nasional Jl. Merdeka Selatan, No. 11, Jakarta Pusat. Peluncuran dihadiri beberapa tokoh seperti Jusuf Kalla, Susi Pudjiastuti, Kardinal Suharyo, dan Abdul Mu’ti sekaligus menyampaikan testimoni.
Turut hadir juga Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Mendikbudristek Nadhim Anwar Makarim, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Sudhamek AWS, Lilik Oetama, Wamen ATR/BPN Raja Juli Antoni, dan Hakim Agung YM Yanto.
Melalui video singkat, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan selamat atas peluncuran buku ini. Jokowi juga mengaku mengikuti pandangan dan pemikiran Haedar Nashir. Menurutnya semangat moderasi adalah untuk saling merangkul dan membuat nyaman.
Harapan sama juga disampaikan oleh Cendekiawan Muslim, Quraisy Shihab yang sekaligus mendoakan keberkahan dan kekayaan bagi Muhammadiyah. Serta memohon taufik dan hidayah Allah SWT supaya senantiasa tercurahkan kepada Haedar Nashir.
Sementara itu, melalui video singkat Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menyampaikan selamat atas 66 tahun Haedar Nashir. Pandangan moderasi yang dimiliki Ketua Umum PP Muhammadiyah ini merupakan solusi jalan tengah untuk menyelesaikan masalah tidak hanya keagamaan, tapi juga kebangsaan dan seterusnya.
Ketua Lembaga Kajian Kemitraan Strategis (LKKS) PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ul Haq menyampaikan, buku ini berusaha membedah pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi, bukan hanya dalam urusan beragama, tetapi juga yang lain termasuk kebangsaan dan seterusnya.
“Peluncuran buku ini tidak semata-mata merayakan 66 tahun Pak Haedar. Tapi bagaimana kita mencoba merawat pemikiran moderat untuk bangsa ini,” kata Fajar.