Menjelang Pilkada Serentak 2024, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir minta pengurus, kader, bahkan simpatisan Muhammadiyah untuk membaca Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah.
Sebab, meski Muhammadiyah telah menetapkan sikap resmi dan posisi terkait dengan politik praktis, namun masih saja ditemukan pertanyaan-pertanyaan yang ‘menjebak’ PP Muhammadiyah untuk mengarahkan pilihan kepada salah satu calon.
“Kenapa itu dari pimpinan masih ada pertanyaan-pertanyaan yang harusnya sudah tidak perlu dipertanyakan. Tapi masih saja muncul baik ke wilayah, daerah, atau mungkin juga ke AUM,” kata Haedar pada (21/11) di Unisa Yogyakarta.
Haedar acapkali mensinyalir pertanyaan-pertanyaan itu untuk mengukuhkan pilihan mereka melalui legitimasi jawaban yang diberikan oleh PP Muhammadiyah. Padahal, lebih-lebih pimpinan seyogyanya sudah tidak mengajukan pertanyaan itu, sebab sudah dijawab dalam Khittah dan Kepribadian Muhammadiyah.
“Intinyakan ada khittah, jadi tidak perlu menarik-narik Muhammadiyah. Juga Kepribadian Muhammadiyah itu sudah semua hafal kan?, kecuali yang tidak,” kata Haedar.
Kedua dokumen pegangan berorganisasi Muhammadiyah itu, kata Haedar, mengarahkan posisi Muhammadiyah pada tempat yang moderat, serta mengajak warganya supaya memiliki pandangan yang luas dengan membuka cakrawala agar pandangan tak sebatas halaman rumah.
Haedar menjelaskan, salah satu dari sepuluh ada satu poin yang menerangkan tentang bagaimana hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah. Muhammadiyah membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.
“Bahwa dalam membantu itu kita juga mengingatkan juga iya. Itu sudah jadi DNA Muhammadiyah, tidak perlu diajari,” imbuhnya.
Sebagaimana prinsip membantu, bahwa ketika Muhammadiyah membantu pemerintah bukan berarti Muhammadiyah itu lebih rendah. Selain itu, eratnya kedekatan antara Muhammadiyah dengan pemerintah juga tidak menjadikan lemah kritiknya.
Dalam poin kesepuluh Kepribadian Muhammadiyah juga disebutkan untuk bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana. Kepribadian Muhammadiyah ini diputuskan pada Muktamar ke-35.