DEMAKMU.COM | PUSAT – Konsep Islam Berkemajuan yang dicetuskan oleh Kiai Ahmad Dahlan, di dalamnya terdapat reformasi nilai dan menjadi elan vital peradaban yang mampu menyelesaikan masalah keterbelakangan umat.
Tekad mengentaskan masalah keterbelakangan umat yang dilakukan oleh Muhammadiyah dengan teologi Al Ma’un sebagai manhaj dan khaira ummatin sebagai ghayahnya. Oleh karena itu, menurut Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin Muhammadiyah mengakomodasi praktek-praktek budaya yang memberdayakan.
“Yang harus diingat bahwa Muhammadiyah tidak melakukan nihilism budaya, dari sejak awal Kiai Dahlan menolak bahwa Muhammadiyah gerakan Wahabi. Karena memang Muhammadiyah sejak awal menolak nihilisasi kebudayaan,” ungkapnya pada (30/5) di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48.
Dalam konsep tersebut, menjadikan Muhammadiyah tidak tercerabut dari akar budaya. Hal-hal itu kata Ruhaini menjadikan pada milenium pertama Muhammadiyah berhasil mentransformasi Islam menjadi nilai dan etika publik yang moderat, inklusif, dan setara. Keberhasilan Muhammadiyah ini merupakan basis sistem sosial modern.
Transformasi nilai ini dari lokalitas Jogja, di Kauman ini untuk menjadi gerakan yang bersifat nasional. Jadi millennium pertama itu proses nasionalisasi Muhammadiyah,” ucapnya.
Di dalam catatan sejarah Indonesia, Muhammadiyah menjadi organisasi yang dengan mudah dan cepat diterima oleh daerah-daerh lain yang komunal. Religiusitas dan nasionalisme ini menurutnya menjadi substansi yang harus ada dalam pendidikan Muhammadiyah. Pendidikan religius dan nasionalisme ini yang menghasilkan tokoh-tokoh nasional religious.
“Yang paling penting sekali dan merupakan rahmat Allah adalah menyelamatkan Indonesia dari kontestasi dan polarisasi antara agama dan sekuler yang destruktif,” sambungnya.