DEMAKMU.COM | BANTUL – Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan non-Formal (Dikdasmen PNF) PP Muhammadiyah, Didik Suhardi menyebut sekurangnya ada lima persoalan yang menjadi perhatian dunia pendidikan di Muhammadiyah.
Persoalan pertama yang mendesak untuk menjadi perhatian sekolah Muhammadiyah menurut Didik adalah transformasi digital. Dia mendorong sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk responsif dan adaptif terhadap perubahan ini. Menjawab persoalan itu, Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah sedang mengembangkan EduMu.
Perlu diketahui, EduMu merupakan Aplikasi digital yang dirancang khusus oleh Muhammadiyah dimana pihak sekolah, guru, orang tua dan murid dapat menginput serta mengakses informasi sekolah dan akademik secara langsung dalam seluruh rangkaian proses pendidikan di sekolah.
Dalam acara Dialog Pencerahan dan Revolusi Mental bersama Ketua Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah di Kabupaten Bantul, Kamis (8/6) tersebut, Didik menjelaskan pihaknya saat ini sedang membangun sinergi dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) untuk pengembangan SDM tenaga pendidikan.
Kolaborasi dan sinergi dengan PTMA tersebut, imbuh Didik, sebagai persoalan kedua yang harus diperhatikan oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah, yaitu arah penjaminan mutu pendidikan salah satunya dengan pengembangan potensi yang dimiliki oleh SDM tenaga pendidikan, melalui pendidikan lanjut di PTMA.
Persoalan ketiga adalah perubahan kurikulum Ismuba atau Al Islam-Kemuhammadiyahan-Bahasa Arab. Sebagai pengetahuan atau muatan dasar bagi peserta didik di sekolah-sekolah Muhammadiyah, Ismuba harus diperkuat dengan activity basednya, yaitu menghadirkan Ismuba yang menyenangkan, asik dan menggembirakan.
“Keempat, upaya serius akselerasi sekolah Muhammadiyah khususnya di Bantul dalam mengupayakan kepercayaan masyarakat kepada Sekolah Muhammadiyah.” Katanya.
“Dan kelima, tentang Pendidikan Karakter yang tak boleh lepas untuk menjadikan sekolah yang unggul dan berkemajuan,” imbuh Didik.
Dalam agenda yang diikuti oleh kepala sekolah dan guru Muhammadiyah di Bantul ini, Didik juga berpesan untuk menjaga jati diri sekolah Muhammadiyah sebagai tempat belajar yang inklusif. Yaitu sekolah yang menerima peserta didik tanpa memandang latar belakangnya.
“Salah satu yang dikembangkan adalah menjadi Madrasah Inklusif. Dimana menerima siswa dari berbagai kondisi dan latar belakang siswa. Ini sejalan dengan spirit persyarikatan Muhammadiyah yang menghadirkan sekolah untuk semua kalangan dengan berbagai latar belakang.” Tandasnya.