DEMAKMU.COM | YOGYAKARTA—Kemerdekaan erat kaitannya dengan hakikat manusia. Tanpa membicarakan hakikat manusia, tidak ada artinya membicarakan kemerdekaan. Kedua unsur ini saling berkelindan sehingga esensi kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari hakikat manusia.
Demikian disampaikan anggota Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah Kusen.
“Membicarakan kemerdekaan tanpa membicarakan siapa itu manusia, itu omong kosong. Hari ini membicarakan kemerdekaan tidak mungkin sampai pada esensi kemerdekaan kalau tidak mengerti tentang siapa manusia,” terang Kusen dalam Pengajian PP Muhammadiyah pada Jumat (12/08).
Manusia adalah pribadi yang merdeka. Dalam QS. Ar-Rum Ayat 30 menyebutkan bahwa salah satu fitrah manusia adalah merdeka. Seluruh makhluk dan benda yang Allah ciptakan tunduk dan patuh pada garis yang telah ditentukan-Nya. Matahari akan selalu terbit di timur, suara ayam akan terus berkokok, atau api ditakdirkan membakar. Tidak ada pilihan. Hal ini berbeda dengan manusia yang memiliki kehendak bebas untuk berbuat dan memilih.
“Karena itu, satu-satunya perbuatan yang kelak di akhirat dimintai pertanggungjawabannya hanya manusia. Kucing tidak, anjing tidak, gunung tidak, karena mereka tidak memiliki kedaulatan. Satu-satunya makhluk yang memiliki kedaulatan hanya manusia,” ucap Kusen.
Manusia merupakan makhluk merdeka. Cirinya adalah mereka berdaulat dan tersedianya pilihan untuk berbuat. Sebagaimana dalam QS. Asy-Syams ayat 8 disebutkan bahwa manusia bebas memilih antara kefasikan dan ketawaan.
Sejalan dengan itu, dalam QS. Al-Kahfi ayat 29, Allah mempersilahkan semua orang untuk memilih: “Yang mau beriman, silakan! Yang mau kafir, silakan juga!” Melalui ayat ini, Allah swt ingin menegaskan bahwa tiap pilihan ada risiko dan konsekuensinya.
“Apakah kita sudah merdeka? Jawabannya sudah dan belum. Disebut sudah karena sudah keluar dari cengkraman penjajah. Disebut belum karena kemerdekaan kita dihalangi oleh para koruptor. Selama Indonesia dikuasai koruptor, kita belum merdeka jilid kedua,” ujar Kusen.