DEMAKMU.COM | KARANGANYAR – Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) yang masih relatif berusia muda dengan jumlah mahasiswa yang tidak seberapa, dimohon tidak patah arang untuk tetap berkembang. Sebab Muhammadiyah memiliki DNA untuk membangun.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada, Rabu (24/5) di acara Sidang Senat Terbuka ‘Milad ke-1 Universitas Muhammadiyah Karanganyar (UMUKA) dan Orasi Ilmiah’.
Haedar menceritakan, bahwa dahulu sebelum menjadi sebesar sekarang, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) awalnya juga bermodal 600-an mahasiswa. Namun ketika dilihat sekarang, UMM memiliki aset tanah sekitar 200 hektar.
“Saat ini punya hotel, Sengkaling sebagai tempat wisata dan sebagainya.” Ungkap Haedar Nashir.
Termasuk juga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang saat ini menjadi salah satu PTMA terbaik, awal kampusnya juga hanya menempel di salah satu sekolah Muhammadiyah. “Sekarang berubah menjadi kampus yang megah, dan menjadi kampus yang bertaraf internasional.” Imbuhnya.
Terdekat dengan UMUKA, yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) juga awalnya kecil dengan bangunan yang masih apa adanya. Tetapi sekarang mereka mampu membangun Edutorium KH. Ahmad Dahlan UMS, sebagai gedung termegah di Jawa Tengah.
Bukan hanya dengan PTMA yang berada di Pulau Jawa, Haedar juga mengajak kepada kampus-kampus Muhammadiyah yang saat ini berkembang, belajar dengan PTMA yang berada di luar Pulau Jawa, seperti Universitas Muhammadiyah (UM) Buton.
“Universitas Muhammadiyah Buton saat ini mahasiswa sudah mencapai sembilan ribu. Tapi dulu awalnya juga dari sekolah pindah ke sekolah lain, dan kemarin saya meresmikan sebuah Auditorium atau Convention Center di Kota Bau-bau itu menjadi gedung terbagus di Sulawesi Tenggara.” Tuturnya.
Dari Tanah Papua, ada Universitas Muhammadiyah (UM) Sorong yang embrio awalnya dari yayasan kecil. Bahkan nyaris UM Sorong bubar, yang kemudian di back up PP Muhammadiyah, hingga bisa mandiri dan kini mahasiswa sudah sekitar enam ribu.
“Dan di Papua kita punya empat, jadi dari 173 (PTMA) itu ada empat di Papua. Semuanya punya kisah yang sama, saya pikir kita semua punya DNA untuk membangun dari awal, dan itu yang kokoh. Bahkan dari situlah kita – Muhammadiyah bisa mandiri,” ungkapnya.