Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.
(Ketua Umum PP Muhammadiyah)
Alhamdulilllah pada hari ini, Ahad 8 Dzulhijah 1442 H 29 bertepatan 18 Juli 2021 M, Muhammadiyah Milad atau Hari Lahir ke-112 dalam hitungan tahun Hijriyah. Muhammadiyah kini dan ke depan harus semakin maju. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan semesta maka Muhammadiyah sendiri haruslah maju terlebih dulu. Jika ingin memberi harus memiliki sesuatu yang akan diberikan. Jangan bicara banyak hal yang muluk-muluk sebelum berhitung Muhammadiyah saat ini sudah memiliki apa serta memahami betul apa yang harus dilakukan. Para pimpinan juga dituntut paham apa peran dan hendak berbuat apa untuk memajukan Muhammadiyah saat ini dan ke depan.
Nabi bersabda dalam salah satu hadisnya, “Yadu al-ulya khaira min yadi al-sufla”, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pepatah Arab berbunyi, “faqir asy-syaiy la yu-thi”, orang yang tidak mempunyai sesuatu maka tidak akan memberi sesuatu. Muhammadiyah harus memilki kekuatan dan keunggulan di banyak bidang garapannya bila ingin berperan lebih baik lagi. Apa yang telah dicapai selama 112 tahun alhamdulillah sudah banyak yang berkemajuan atas kekuatan kemandirian, kiprah Muhammadiyah untuk umat dan bangsa pun sudah tak berbilang. Namun Muhammadiyah masih terus menuntut pemajuan yang lebih progresif. Maka menjadi penting membangkitkan “inner dynamic” atau kekuatan dari dalam yang menjadi potensi dan modal dasar selama ini untuk dikapitalisasi dan dikembangkan agar Gerakan Islam ini menjadi lebih berkualitas, unggul, dan berkemajuan.
Tantangan Muhamamdiyah ke depan semakin berat. Sejumlah tantangan menghadang di depan yaitu kehidupan modern abad ke-21 yang ditandai arus sekularisme, materialisme, liberalisme, dan globalisme yang melanda dunia kian progresif dan multikompleks. Kecenderungan-kecenderungan radikal-ekstrem dalam gerakan sosial-politik dan keagamaan yang melahirkan konflik dan kekerasan sebagai antitesis dari kehidupan yang sarat masalah antagonistik. Cengkeraman kapitalisme global yang berdampak pada kehidupan yang serba profit, eksploitasi, materi, dan hedonistik. ASEAN Charter dan bergesernya kekuatan politik global ke Asia/China yang dapat menjadi ancaman dan tantangan baru jika tidak ditanggapi secara taktis dan strategis. Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi Asean yang akan membuka persaingan dan keterbukaan sangat leluasa sebagai arena baru di ranah global dan regional. Revolusi teknologi informasi dan kehadiran media sosial sebagai realitas baru yang mengubah alam pikiran dan relasi antar individu dan masyarakat secara lebih teknologis dan instrumental dengan segala dampaknya yang bersifat masif.
Kondisi kehidupan keumatan dan kebangsaan di Indonesia juga semakin kompleks. Lebih-lebih dengan pandemi Covid-19 yang kian menambah beban berat di berbagai aspek kehidupan. Masalah umat Islam masih bersifat klasik antara lain tertinggal secara ekonomi, belum bersatu secara politik, tertinggal dalam penguasaan iptek, dan tidak memiliki strategi perjuangan yang berorientasi ke depan untuk meraih kemenangan dan keunggulan. Dalam menghadapi pandemi Covid-19 pun masih kontroversi seputar urusan-urusan elementer, padahal masalah yang dihadapi akibat wabah ini sangatlah berat, termasuk korban jiwa meninggal yang terbilang besar baik di Indonesia maupun dunia.
Problem dan tantangan bangsa Indonesia tidak kalah berat. Pasca reformasi masih harus menemukan format rancang-bangun keindonesiaan yang tidak mudah dipilih, di tengah kecenderungan kuat Indonesia dalam berbagai aspeknya menjadi sangat liberal. Belum terhitung masalah klasik seperti kesenjangan ekonomi, korupsi, narkoba, eksploitasi sumberdaya alam, kekerasan, dan ancaman disintegrasi nasional di tengah dunia politik yang kian pragmatis, oligarkis, dan transaksional. Masalah pendidikan yang masih senjang antara ide dasar konstitusi dengan peta jalan ke depan. Utang luar negeri yang besar dan menjadi beban bangsa saat ini dan ke depan. Selain berbagai masalah dan tantangan lain yang dapat diidentifikasi secara faktual.
Muhammadiyah tidak akan lepas dari dinamika, masalah, dan tantangan keumatan, kebangsaa, dan masalah global yang berada di sekitarnya. Muhammadiyah dituntut untuk hadir menjalankan perannya sebagai gerakan dakwah dan tajdid yang berkemajuan. Ke depan Muhammadiyah niscaya memiliki agenda strategis antara lain. Memperkaya dan mendinamiskan fungsi-fungsi pembinaan keagamaan dalam kerangka tarjih dan tajdid serta tabligh yang bersifat dinamis dan transformatif. Mobilisasi seluruh potensi dana dan potensi amal usaha untuk penguatan kemandirian gerakan menuju raihan keunggulan. Aktualisasi gerakan pencerahan ke dalam berbagai model praksis, termasuk model dakwah berbasis jamaah atau komunitas; yang menampilkan dakwah alternatif. Mendinamiskan fungsi sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, sumberdaya, serta aksi dan pelayanan; sehingga Persyarikatan semakin dikelola secara modern, transformasional, dan profesional dengan tetap berpijak pada identitas gerakan. Dinamisasi, efisiensi-efektivitas, dan kebijakan taktis-strategis dalam memainkan peran keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta yang memperkuat basis dan inner-dynamic Muhammadiyah sebagai gerakan Islam moderat-berkemajuan dalam bingkai politik adilihung yang nonpartisan. Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berdiaspora dan siap memasuki berbagai sektor kehidupan secara berkualitas, unggul, dan berdaya saing tinggi yang berbasis pada karakter Muhammadiyah.
Tugas Pimpinan
Agenda dan tantangan Muhammadiyah ke depan semakin berat. Inilah tugas para pemimpin Muhammadiyah secara keseluruhan dari Pusat hingga Ranting, termasuk Ortom dan Amal Usaha. Muhammadiyah harus digerakkan bukan sekadar rutinitas, tetapi bergerak dinamis dan progresif dengan langkah-langkah konkret dan strategis. Pergerakan Muhammadiyah harus jelas pijakannya, bingkainya, arahnya, dan tujuannya agar tidak asal bergerak, yang harus berfondasi pada landasan ajaran Islam dan ideologi yang kokoh sekaligus berkemajuan. Bergerak dengan usaha-usaha dakwah dan tajdid yang menjadi misi gerakannya secara berkualitas dan berkeunggulan. Bergerak menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai tujuan dari gerakan ini dalam konteks kehidupan kebangsaan dan dinamika global di era modern abad ke-21 yang sarat tantangan kompleks.
Muhammadiyah tidak cukup berada di zona aman jika ingin hadir sebabai gerakan Islam berkemajuan. Amal usaha yang besar jangan sampai membuat para pimpinan Muhammadiyah berjalan di tempat tanpa melakukan usaha-usaha penguatan, peningkatan, dan pengembangan secara lebih berkualitas. Jika tidak mampu melakukan terobosan, lakukan pengembangan kualitas yang lebih optimal. Hal yang niscaya ialah membangun pusat-pusat keunggulan yang akan menjadi kekuatan Muhammadiyah dalam lahan gerakannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, dan tablig yang masif dan mencerahkan.
Gerakan dakwah di masyarakat kota maupun desa serta daerah tertinggal harus menjadi fokus pengembangan Muhammadiyah jika ingin tetap mengakar di negeri ini. Jangan terus berwacana dan sibuk dengan mengusung isu-isu aktual yang parsial, sementara urusan dan peran organisasi yang strategis terabaikan. Jika tidak puas dengan keadaan dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan maka rumuskan pemikiran dan langkah-langkah alternatif yang strategis, bukan dengan sikap reaktif yang instan. Kedepankan langkah dakwah “lil-muwajahah” (proaktif-solutif) daripada “lil-mu’aradlah” (reaktif-konfrontatif), sebagaimana terkandung dalam Pernyataan Pikiran Abad Kedua. Manfaatkan media sosial untuk penguatan dan pengembangan misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah, bukan menjadi arena wacana-wacana instan minus langkah positif dan konkret.
Apabila memiliki pemikiran yang penting dan strategis baik tentang Muhammadiyah maupun tentang kehidupan umat Islam dan bangsa maka tawarkanlah dengan pikiran-pikiran alternatif untuk didialogkan, dibahas, dan dicarikan perumusan secara organisasi. Masalah yang menyangkut kehidupan umat Islam maupun bangsa dapat dikomunikasikan dan diwacanakan dengan golongan lain sehingga memberikan jalan strategis ke depan. Rumuskanlah strategi perjuangan umat Islam di bidang politik, ekonomi, dan budaya yang dapat dijadikan agenda bersama dan tersistematik secara kolektif.
Para kader, elite, dan pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan penting memperkuat, memperkaya, dan memperluas pandangan keislaman dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani secara integratif agar tidak terjebak pada konservativisme atau sebaliknya liberal-sekular yang tidak sejalan dengan paham Islam Berkemajuan. Pandangan dan wawasan keilmuan juga penting semakin diperluas agar mampu mencandra realitas secara multiperspektif, strategis, sekaligus praksis. Dalam bermuhammadiyah memerlukan pemikiran dan langkah sistematis dengan basis koridor prinsip, sistem, dan mekanisme organisasi yang menjadi rujukan bersama. Para pimpinan Muhammadiyah penting hadir menjadi uswah hasanah dalam pemikiran, sikap, dan tindakan sejalan dengan wawasan Islam Berkemajuan dan Gerakan Pencerahan yang menjadi pandangan Muhammadiyah era abad kedua.