DEMAKMU.COM | PUSAT – Memperingati milad ke 109 Muhammadiyah, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengambil inspirasi dari kelahiran Muhammadiyah untuk berbuat yang lebih baik lagi.
Dijelaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir sejak awal lahir Kiai Dahlan bersama Muhammadiyah generasi awal termasuk Nyai Dahlan yang mendirikan ‘Aisyiyah memang menghadirkan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk memberikan amal-amal kebaikan. Sedari awal Muhammdiyah hadir dengan Karya-karya yang dapat membangun umat dan menyiapkan generasi yang mampu mengelola negara ini dengan ilmu.
“Karena itu Muhammadiyah lahir sebagai gerakan Islam berkemajuan agar bangsa kita tidak terus terjajah oleh bangsa yang sudah maju nanti ketika kita merdeka tentu sudah siap,” tuturnya, dalam Konferensi Pers Milad 109 Muhammadiyah, Selasa (16/11).
Untuk itu, lanjut Haedar, Muhammadiyah sejak awal memperkenalkan Islam dalam dua ranah. Pertama, pemikiran, yaitu menjadikan umat islam yang cerdas berilmu dan berpikiran maju. Kedua, menerjemahkan Islam dalam realitas kehidupan yang nyata melalui pendidikan, pelayanan sosial kesehatan dan pemberdayaan ekonomi agar jadi bangsa yang berkecukupan sehat jasmani dan rohani dan jadi cikal bakal gerakan amal usaha Muhammadiyah.
Tema Milad 109 Muhammadiyah
Milad 109 Muhammadiyah kali ini mengambil tema Optimis Hadapi Pandemi Covid-19; Menebar Nilai Utama. “Tentang keoptomisan itu memang kita sengaja menjadi isu baru atau isu milad agar masyarakat Indonesia bisa bangkit,” terang Haedar.
Haedar mengarakan bahwa Muhammadiyah ingin menyasar kesadaran kolektif bangsa bahwa memang pandemi covid-19 membuat kita berduka dan mengalami hal-hal berat. Meski begitu, menurutnya, seberat apa pun harus punya optimisme bahwa bisa kita bersama dapat mengatasinya.Ketika nantinya pandemi berakhir atas kuasa Allah dan ikhtiar manusia maka Haedar meminta masyarakat untuk siap dengan era pasca pandemi.
Haedar melanjutkan optimisme yang menjadi modal bagi bangsa ini untuk mengatasi kondisi sekarang harus dibarengi dengan kewaspadaan dan kehati-hatian. “Kondisi yang bagus jika warga bangsa lengah abai dan tidak disiplin kita tidak berharap kalau nanti bisa tambah kasus lagi,” kata Haedar.
Kewaspadaan yang harus diperhatikan, kata Haedar, di antaranya dalam menghadapi masa transisi terutama yang akan terjadi akhir tahun ini.
“Maka mohon betul pada masyarakat jangan larut untuk liburan dan kemudian kita melanggar kembali protokol kesehatan. Ada atau tidak larangan Pemerintah kita sebagai warga bangsa harus membangun kesadaran untuk berhati-hati dan menahan diri sampai kondisi menjadi lebih baik,” imbaunya.
Menebar Nilai Utama
Muhammadiyah mengangkat juga tema menebar nilai-nilai utama. “Kita bersyukur sebagai bangsa lahir di Negara kepulauan yang selain kaya raya di Zamrud Khatulistiwa tapi lebih dari itu Indonesia ini sebenarnya juga kaya raya dengan nilai atau value,” ungkapnya.
Haedar mengungkap tiga value atau nilai-nilai luhur yang dimiliki Indonesia.
Pertama, Agama. Indonesia ini beragam agama tetapi perjalanan agama di sini itu harmonis. “Kita berbahagia juga bangga dan bersyukur bahwa agama itu hidup dalam realitas dan kebudayaan bangsa kita. Patokan itu kuat sampai sekarang,” tegasnya.
Kedua, kebudayaan dari daerah satu ke daerah lain beragam daerah membentuk kebudayaan nasional. Satu di antaranya bahasa Indonesia yang diambil dari suku terkecil yakni suku Melayu.
Ketiga, Pancasila. Pancasila itu cerminan dari Indonesia yang beragama dan kebudayaan luhur yang bersenyawa dengan ilmu. Haedar menerangkan bahwa Pancasila lahir dari kearifan titik temu semua termasuk golongan Islam yang mengayomi minoritas. Pancasila merupakan hasil dari kearifan budaya dan agama.
“Bangsa Indonesia landasannya kokoh, punya nilai agama, budaya, dan Pancasila. Itulah yang akan menjadi penyaring dari perubahan zaman,” terang Haedar.