DEMAKMU.COM | JAKARTA – Biaya mahal prodi kedokteran yang mencapai 1 M tidaklah terjadi di salah satu prodi manapun di Universitas Muhammadiyah, kalau terdapat yang demikian maka patutlah itu disebut sebagai bagian dari komersialisasi pendidikan. Atas nama perguruan tinggi Muhammadiyah merasa prihatin apabila ada komersialisasi apalagi terjadi di perguruan tinggi negeri. Hal itu disampaikan oleh Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Harun Joko Prayitno pada Sabtu (6/8) dalam acara Dialektika TvMu yang menyoal mahalnya biaya kuliah khususnya di prodi kedokteran.
Selanjutnya, Harun menyampaikan beberapa hal terkait komersialisasi Pendidikan. Pertama, komersialisasi Pendidikan tidak seharusnya terjadi terlebih di perguruan tinggi negeri karena perguruan tinggi negeri sudah dual pendapatan yaitu dari APBN dan dari masyarakat melalui PT.
Kedua, Perguruan tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiah (PTMA) tidak ada komersialisasi dan juga tidak pernah mengalami kenaikan biaya. Yang menjadi persoalan menurut Harun adalah pendapatan masyarakat turun. Melihat dari perkembangan sectoral tahun 2022 hampir semua mengalami penurunan bahkan minus di sektor pendidikan yang menyebabkan daya beli mengalami penurunan. Kemudian yang menjadi persoalan bukan Pendidikan yang mahal tapi daya beli yang turun karena pendapatan masyarakat juga turun.
Ketiga, melihat dan mencermati bahwa di PTMA dan seluruh Pendidikan Muhammadiyah baik itu TK, SD, SMP dan SMA konsepnya berbeda dengan pemerintah, sejak awal Muhammadiyah lahir adalah untuk dakwah amar ma’ruf nahi mungkar.Jika konsep negara adalah pendidikan untuk semua, maka konsep pendidikan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah adalah Pendidikan untuk umat, maka tidak ada niat komersial tetapi niat mengharap ridha Allah SWT.
Keempat, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memang menghadirkan pendidikan di satu demografi wilayah yang kadang-kadang kesulitan dijangkau oleh negara. Dalam konteks ini Muhammadiyah berkontribusi dan menjadi penyeimbang dan saling melengkapi. Oleh karena itu Muhammadiyah menjadi partner dalam rangka mencerdaskan bangsa sesuai dengan visi- misi pemerintah saat ini.
“Terakhir, pendidikan milik Muhammadiyah ‘Aisyiyah tidak ada yang mencari laba, semua milik umat dikembalikan kepada umat, diberikan dalam bentuk pelayanan, bantuan-bantuan, beasiswa, atau membangun pendidikan di banyak tempat. PTMA berjumlah 176 dengan 2045 prodi dan melibatkan 600.000 mahasiswa dan dosen sebanyak 15.000, sehingga Muhammadiyah mengambil peran 20% di dunia pendidikan. Oleh karena itu niatan penyelenggaraan Pendidikan Muhammadiyah ‘Aisyiyah adalah nirlaba murni, milik umat, dan untuk umat,’’ tutup Harun. (Mutiah/Syifa)