YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat Áisyiyah (PPA) pada Senin (15/4) melakukan silaturahmi Idulfitri 1445 H ke kediaman Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Salmah Orbayyinah yang hadir bersama Ketua Majelis dan Lembaga PPA menyampaikan, maksud silaturahmi tersebut dalam suasana lebaran dan juga saling mempererat ukhuwah islamiyah.
“Dengan penuh keakraban dan dalam suasana kekeluargaan kami (PPA) bersilaturahmi ke kediaman Pak Ketum dan Bu Noordjannah,”jelas Salmah.
Dalam silaturahmi tersebut Haedar turut memberikan pesan agar Pimpinan ‘Aisyiyah dapat terus merawat dan mengembangkan usaha-usaha amal salih yang telah dirintis Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sejak berdirinya.
Haedar juga mengatakan bahwa bulan Syawal adalah bulan berburu, selain tentu saja sebagai bulan peningkatan ibadah.
Dalam konteks berburu ini, Haedar menjelaskan yang utama adalah berburu kebaikan. Ada tiga hal nilai dalam konteks “berburu” ini. Pertama, trust atau kepercayaan.
“Kepercayaan tentu saja tidak mudah didapat, kepercayaan terpancar dari perkataan, sikap dan tanggung jawab. Begitu juga kepercayaan menjadi dasar organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah untuk dapat berkembang pesat sampai saat ini,”imbuh Haedar.
Kedua, amanah. Amanah sebagai manifestasi atas kepercayaan yang membuat pimpinan harus melaksanakan amanah dalam menjaga amal usaha dan memajukan organisasi dengan baik dan seksama.
Ketiga, koneksi atau jaringan. Menjalin silaturahmi dalam momentum Syawalan ini juga sekaligus penguatan membangun jaringan organisasi agar memiliki lingkaran jaringan yang lebih luas dan produktif.
Dalam kesempatan itu Haedar juga menyampaikan bahwa ghiroh dalam memajukan organisasi adalah cemburu melihat orang lain maju, dalam artian untuk saling memacu dan berlomba dalam kebaikan.
“Banyaknya amal usaha organisasi lain maju, maka kita juga harus terus memajukan amal usaha Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah agar lebih maju lagi. Momentum Syawal sebagai bulan berburu ini juga harus digalakkan sampai sebelas bulan ke depan. Seperti halnya agar semangat ini juga untuk memajukan wilayah-wilayah di seluruh Indonesia,”jelas Haedar.
Dalam silaturahmi tersebut Haedar juga menyampaikan bahwa dakwah Muhammadiyah harus seimbang antara burhani, irfani dan bayani. Hal ini menjadi penting agar dakwah Muhammadiyah dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
“Sebagai salah satu contoh adalah bagaimana Muhammadiyah merintis shalat Id di lapangan yang kala itu dirintis oleh Ketum PP Muhammadiyah Kyai Mas Mansur, yang hingga saat ini masih dilaksanakan di berbagai penjuru tanah air,”jelas Haedar.
Selain itu Haedar juga menyampaikan kepeloporan Muhammadiyah dalam pengajian umum serta pendekatan dakwah secara irfani, yakni dengan mendekatkan Kyai ke jamaah dengan adanya pengajian-pengajian terbuka untuk umum.
“Dalam hal ini konteks dai atau mubaligh Muhammadiyah-Áisyiyah harus membangun kedekatan dan menghampiri obyek dakwah agar semakin banyak yang terdakwahi,”pesan Haedar.