DEMAKMU.COM | BUMIAYU— Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat hadir dalam acara pengajian akbar di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah lelah membangun peradaban dengan memberi solusi-solusi praktis dalam kehidupan masyarakat.
Keberadaan sekolah, rumah sakit, pesantren, panti asuhan, dan amal usaha lainnya tidak lain untuk menciptakan kemaslahatan umum.
“Apa yang dilakukan Muhammadiyah ini terus meluas dan mengalir serta menyebar di kawasan yang kita duga tidak bisa membangun. Tidak ada organisasi Islam manapun yang mampu mendirikan kampus di Sorong, Papua, kecuali Muhammadiyah,” tegas Haedar.
Haedar mengutarakan bahwa kesuksesan Muhammadiyah dalam membangun fasilitas-fasilitas sosial tidak lain berangkat dari jiwa, ruh, alam pikiran, dan tindakan paham Islam Berkemajuan. Dengan adanya paham ini, Persyarikatan dapat bergerak secara fleksibel menjawab tantangan zaman, sekaligus tetap berpegang teguh pada titah Tuhan.
“Ada jiwa, ada ruh, ada alam pikiran, dan ada tindakan dalam Muhammadiyah yang kemudian diwujudkan dalam berbagai amal perbuatan, memberi dan menebar manfaat untuk orang banyak. Inilah yang kita sebut sebagai Islam Berkemajuan,” ucap Haedar.
Paham Islam Berkemajuan bukanlah mazhab, apalagi agama baru. Islam Berkemajuan sejatinya ruh otentik Islam itu sendiri. Banyak nilai-nilai yang bercirikan progresivitas dalam Al Quran maupun Hadis Nabi Saw.
Karenanya, pengusungan Islam Berkemajuan sesungguhnya memiliki niatan untuk mengembalikan makna Islam pada tempatnya.
“Islam Berkemajuan itu Islam dalam suatu pandangan yang sejatinya memang Islam seperti itu. Islam itu din al-hadlarah atau agama yang membangun peradaban maju, tetapi peradabannya itu lahir dari agama,” kata Haedar.
Banyak narasi dalam Al Quran yang menekankan hal-hal kemajuan. Haedar menjelaskan bahwa wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah bukan tentang salat, tetapi iqra(QS. Al Alaq 1-5). Iqra ini bukan hanya membaca secara verbal atau teks tapi juga membaca alam semesta, mengkaji, mengeksplorasi dan seluruh kegiatan berpikir.
“Wahyu pertama bukan salat tapi kita diperintah untuk membaca. Membaca apa saja, membaca alam semesta, membaca kitab, buku, dan semuanya. Iqra juga artinya berpikir, eksplorasi, proyektif, dan lain-lain,” kata Haedar.
Haedar juga mengutip penggalan QS. Ar-Radu ayat 11 tentang Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada jiwa-jiwa mereka. Menurutnya, ayat tersebut merupakan ajakan untuk melakukan kemajuan dengan berikhtiar. Hal ini telah dibuktikan oleh Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun yang mengubah masyarakat Jahiliyah menjadi al-madinah al-munawwarah.
Selama berabad-abad telah menghadirkan kejayaan, mendunia, dan mencerahkan semesta.
“Hablu min Allah kita pakai, bahwa tiap ada musibah kita tawakal, pasrah, sabar, tetapi kita ikhtiar, berusaha sekuat tenaga menciptakan kemaslahatan,” tegas Haedar.
Dalam kesempatan tersebut Haedar turut menandatangani enam prasasti sekaligus, di antaranya, Masjid Raya Muhammadiyah H. Arman Thayfuri, Gedung Muhammadiyah Children Center Panti Asuhan Putra Muhammadiyah Bumiayu, Gedung Mukaromah RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Gedung Madinah RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Gedung Muzdalifah RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, dan Gedung Dakwah Aisyiyah Cabang Tonjong Daerah Kab. Brebes. Dan Ground Breaking Gedung Poliklinik Musdalifah 5 lantai.