DEMAKMU.COM | KUDUS— Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal khawatir dengan adanya media sosial (Medsos) dan media massa yang lain. Sebab melalui media-media tersebut banyak amal kebajikan yang disombongkan.
Fathur berseloroh, jika semua amal yang dikerjakan ditulis dan dipublish di media sosial maka pertanyaannya adalah malaikat Raqib dan Atid tugasnya sekarang apa. Karena tugas mencatat amal sudah diwakili oleh media sosial.
Pengajian-pengajian yang diselenggarakan dipublish melalui medsos dan media digital lain. Semua amal kebajikan yang dilakukan tercatat di memori-memori perangkat digital. Di zaman fitnah ini, juga rawan menjadikan penceramah terpeleset karena dua sifat, yaitu ujub dan ria.
Padahal, ikhlas sebagai lawan dari sifat ujub atau ria/sombong merupakan ‘benteng tebal’ yang menahan manusia dari godaan syetan. Namun, karena dominannya sifat sombong pada diri manusia, menyebabkan benteng pertahanan manusia dari godaan syetan mudah jebol.
“Pagi-pagi bikin status, tahajud dulu bro. Apa yang tidak diriakan oleh orang ?, kita di Muhammadiyah juga bisa kena penyakit ini pak”. Ucap Fathur pada, Ahad (31/7) di acara Pengajian Ahad Pon yang diadakan PDM Kudus.
Dosen Fakultas Agama Islam UMY ini menjelaskan, bahwa ujub merupakan kebanggan diri yang ada di dalam hati dan tidak diucapkan. Sementara ria merupakan bangga dan pamer terhadap orang lain. Yang satu bersifat intrapersonal ke dalam yang ria itu bersifat interpersonal.
Oleh karena itu, dirinya mewanti-wanti Warga Muhammadiyah supaya tidak terjangkit penyakit ini. Menurutnya, Warga Muhammadiyah yang gemar salat, berzakat, puasa, dan shadaqah harus berhati-hati, dan takutlah jika di hatinya terdapat penyakit ini.
Terkait dengan gerakan yang dilakukan Muhammadiyah selama ini, Fathurrahman ingatkan bahwa semua yang telah dilakukan dapat dilakukan oleh gerakan lain. Maka, Warga Muhammadiyah tidak boleh berhenti di sini.
“Cuma yang ingin saya ingatkan adalah apakah kita berhenti di situ, berbangga sebagai ormas yang paling besar ?. Tetapi jangan sampai kesyukuran yang kita sebut tasyakur itu kemudian berbungkus secara sembunyi-sembunyi, di situ ada ujub di situ ada ria”. Tutur Fathur.
Dia khawatir jika syukur atas nikmat ini di dalamnya tersembunyi dua sifat tersebut, sebab bisa menjadikan semua amal kebajikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah menjadi sia-sia. Kembali Fathur mengingatkan agar Warga Muhammadiyah menghindari dua sifat tersebut.