DEMAKMU.COM | DEMAK – Pada 28 Oktober 1928, sejarah Indonesia mencatat sebuah momen penting dalam perjalanan bangsa menuju kemerdekaan. Pada hari itu, para pemuda dari berbagai suku, agama, dan latar belakang budaya bersatu dalam ikrar yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda. Sumpah ini menjadi fondasi bagi persatuan Indonesia, menegaskan satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Dalam konteks ini, semangat taawun atau gotong royong yang selama ini menjadi nilai dasar Muhammadiyah juga turut memiliki peran signifikan dalam membentuk dan memperkuat persatuan bangsa.
Menggali Makna Sumpah Pemuda dalam Konteks Kekinian
Sumpah Pemuda bukan sekadar serangkaian kata, melainkan wujud kesepakatan dan tekad untuk bersatu demi mewujudkan bangsa yang maju dan berdaulat. Semangat persatuan yang diikrarkan pada 1928 merupakan bentuk pengorbanan dan kesadaran bahwa untuk menjadi bangsa yang kuat, perbedaan harus disikapi dengan rasa saling menghargai. Menurut Prof. Ahmad Syafii Maarif, seorang tokoh Muhammadiyah dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, “Sumpah Pemuda adalah titik tolak penting yang menunjukkan bahwa kekuatan utama bangsa ini adalah persatuan yang bersumber dari kesadaran akan keberagaman.”
Namun, tantangan zaman modern berbeda dengan masa perjuangan kemerdekaan. Di era digital ini, disintegrasi sosial akibat perbedaan pandangan politik, sosial, dan agama kerap kali memicu perpecahan di masyarakat. Kebebasan berpendapat yang diwadahi oleh media sosial, meski positif, tak jarang menjadi pemicu gesekan dan polarisasi. Dalam hal ini, semangat taawun menjadi relevan sebagai sebuah ajakan untuk saling membantu, menghargai, dan membangun hubungan yang konstruktif antarwarga bangsa.
Semangat Taawun dalam Muhammadiyah sebagai Penggerak Kebersamaan
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki visi yang selaras dengan nilai-nilai Sumpah Pemuda. Semangat taawun yang berarti tolong-menolong merupakan nilai utama dalam ajaran Islam yang dipegang teguh oleh Muhammadiyah. Taawun ini terlihat dalam berbagai aktivitas sosial, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah di seluruh pelosok negeri.
Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, pernah menyatakan bahwa “Taawun adalah wujud keikhlasan dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai masalah umat dan bangsa. Semangat ini merupakan wujud konkret dari ajaran Islam tentang persaudaraan dan kepedulian sosial.” Melalui berbagai kegiatan, Muhammadiyah mengajarkan umat untuk tidak sekadar menjadi penonton, tetapi ikut serta berperan aktif dalam membantu sesama, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Contoh nyata dari implementasi taawun Muhammadiyah adalah respons cepat dalam membantu korban bencana alam, menyediakan layanan kesehatan gratis, serta mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas untuk masyarakat luas tanpa memandang latar belakang. Di sinilah terlihat bahwa nilai taawun bukan hanya sebatas konsep, tetapi telah menjadi fondasi bagi gerakan Muhammadiyah dalam menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera, sesuai dengan cita-cita nasional yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda.
Taawun dalam Kehidupan Sehari-hari sebagai Manifestasi Persatuan Bangsa
Semangat taawun sebenarnya tidak hanya milik Muhammadiyah, tetapi juga merupakan nilai universal yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari setiap individu. Prinsip gotong royong dan saling membantu tanpa pamrih merupakan nilai luhur bangsa Indonesia yang diwariskan sejak dahulu kala. Implementasi dari nilai ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya melalui kepedulian terhadap tetangga, bantuan kepada yang membutuhkan, serta keikhlasan untuk berkorban demi kebaikan bersama.
Dalam bukunya yang berjudul Membangun Masyarakat Madani, Azyumardi Azra menyatakan bahwa “Bangsa yang kuat adalah bangsa yang masyarakatnya memiliki kesadaran tinggi untuk bekerja sama dan saling membantu, karena kemajuan hanya akan terwujud melalui kebersamaan.” Kesadaran akan pentingnya kebersamaan ini selaras dengan nilai Sumpah Pemuda dan semangat taawun Muhammadiyah yang berfokus pada kontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Membangun Bangsa yang Lebih Baik dengan Nilai Sumpah Pemuda dan Taawun
Untuk membangun Indonesia yang lebih baik, setiap elemen bangsa perlu mengimplementasikan semangat Sumpah Pemuda dan taawun dalam kehidupan nyata. Kerja sama lintas sektor, saling menghargai perbedaan, serta kesadaran akan pentingnya kontribusi untuk kebaikan bersama adalah pilar utama yang harus dipegang teguh.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang memiliki visi kebangsaan yang kuat telah banyak berkontribusi dalam bidang sosial, kesehatan, dan pendidikan, menunjukkan bahwa nilai taawun bukan hanya untuk umat Islam saja, tetapi juga bagi seluruh elemen bangsa. Kontribusi positif Muhammadiyah menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat sejalan dengan upaya membangun bangsa yang plural dan modern.
Sumpah Pemuda dan Taawun sebagai Pilar Persatuan dan Kemajuan Bangsa
Di tengah tantangan era globalisasi dan perbedaan yang semakin tajam, Sumpah Pemuda dan semangat taawun Muhammadiyah menjadi contoh nyata dari persatuan dan kepedulian terhadap sesama. Keduanya mengajarkan pentingnya kebersamaan dan kesadaran untuk saling mendukung demi mewujudkan cita-cita nasional yang berkeadilan.
Semangat Sumpah Pemuda dan nilai taawun harus terus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi muda agar bangsa ini tetap solid dan kokoh menghadapi berbagai tantangan. Seperti kata Buya Hamka, “Cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman.” Dengan semangat ini, diharapkan Indonesia dapat terus maju dan berkembang sebagai bangsa yang sejahtera, adil, dan berdaulat.
Editor : M Taufiq Ulinuha