Semarang – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Dr. KH. Tafsir mengunjungi Terowongan Teguru Soponyono dan meresmikan Ponpes Ar Royan Bonjor Tretep Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, Minggu 4 November 2022.
Dalam kunjungannya ke Desa Bonjor Kecamatan Tetep Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, KH. Tafsir Ketua PWM Jawa Tengah menerobos Terowongan Teguru sejauh 120 meter dimana sumber air bersih untuk warga Bonjor dialirkan untuk kepentingan umum.
Atas ide kreatif warga Muhammadiyah Bonjor membuat terowongan menembus bukit Teguru tersebut, KH Tafsir memberikan apresiasi dan akan diusulkan ke Pimpinan Muhammadiyah Pusat untuk mendapatkan penghargaan kepada Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Bonjor.
“Ini merupakan salah satu kegiatan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Pimpinan Ranting Bonjor yang merupakan bagian dari fisabilillah. Karena itu perlu kiranya diusulkan untuk mendapatkan penghargaan atas jasa jasa warga bagi kepentingan umat”, tandas Tafsir.
Usai kunjungan ke Terowongan Teguru, dilanjutkan Tabligh Akbar di lapangan desa Bonjor, diikuti ribuan jamaah warga Muhammadiyah dan masyarakat umum.
Sekilas Tentang AUM Terowongan
Muhammadiyah dikenal dengan banyaknya amal usaha yang dibangun dan didirikan. Amal usaha yang umum didirikan Muhammadiyah biasanya rumah sakit atau fasilitas kesehatan, pendidikan, atau panti asuhan. Namun amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang dibangun di Desa Bonjor, Tretep, Temanggung, ini lain dari yang lain. Muhammadiyah ranting Bonjor membangun AUM berupa terowongan.
Pembangunan terowongan bukit di Desa Bonjor itu dilatarbelakangi akibat kesulitan warga desa dalam mendapatkan air jika musim kemarau. Saat kemarau tiba, sumber air bagi warga diperoleh dari sumber mata air Tuk Teguru yang berada di balik bukit. Untuk mengambil air tersebut, warga harus berjalan memutar bukit atau menyambung selang panjang yang terhubung dengan mata air Tuk Teguru.
Melihat kondisi itu, muncullah ide untuk membuat terowongan menembus bukit agar bisa mendapatkan suplai air yang bersifat tetap sehingga warga tidak kekurangan air khususnya saat musim kemarau datang. Ide tersebut lalu diwujudkan warga dengan bergotong-royong menggali bukit membuat terowongan menuju sumber air.
Selama kurang lebih 1 bulan, warga membuat terowongan tersebut dengan peralatan manual tradisional seperti cangkul atau linggis mulai tanggal 26 Oktober 1991. Biidznillah, berdasarkan tulisan pada tembok terowongan, pekerjaan pembuatan terowongan diselesaikan pada tanggal 25 November 1991. Sejak saat itu, warga desa sudah tidak perlu bersusah payah mengitari bukit dan mengeluarkan waktu yang banyak untuk mendapatkan air.
Sebagai bentuk rasa syukur kehadirat Allah ta’ala, warga menulis pengingat bahwa “Allah Maha Kuasa”. Sopo Nyono (siapa yang bisa menyangka), atas kuasa Allah, warga bisa membuat terowongan yang menembus bukit sepanjang ±120 meter.