Simbol itu penting. Aksi gerakan juga penting. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam terbesar di dunia dengan aset dan jaringannya yang mendunia. Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional yang telah mengepakkan sayap dakwahnya.
Muhammadiyah bisa seperti sekarang ini karena Muhammadiyah dalam menggerakkan dakwahnya tidak berhenti pada keagungan simbol. Namun pada semangat gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah sebagai ruh, inspirasi dan semangat bagi pimpinan dan warga Muhammadiyah dalam setiap desahan nafas hidupnya, di mana saja dan apapun profesinya.
Kehadiran Islam adalah sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern di Indonesia, sejak kelahirannya 112 tahun hijriyah yang lalu, telah berkomitmen mengibarkan panji-panjinya sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar dalam menegakkan dan menjunjung tinggi Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah Harus Inklusif
Besarnya gerakan dakwah Muhammadiyah di semua bidang terutama pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial dan ekonomi jangan sampai membuat gerakannya cenderung ekslusif, dan membatasi diri. Tetapi justru harus terus bekerja keras untuk mengepakkan sayap dakwahnya di semua lini kehidupan dan untuk semua (Muhammadiyah for all).
Muhammadiyah jangan sampai berhenti bergerak dan hanya bangga dengan simbol-simbol dan atribut organisasi seperti kegiatan seremonial. Muhammadiyah harus memenangkan narasi dan aksi gerakan inklusifnya di hadapan komunitas-komunitas dan masyarakat baik di tingkat lokal, nasional maupun global.
Para pimpinan dan warga persyarikatan mesti membiasakan untuk berpikir makro, yang gerakannya berefek global dalam isu-isu keIslaman, keIndonesiaan dan kemanusiaan, meskipun gerakannya di area lokal (ranting, cabang, daerah, wilayah), hal ini termasuk gerakan dari organisasi otonomnya.
Selain Urusan Administrasi, Muhammadiyah harus Mengglobal
Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap dakwah tidak harus terpaku pada urusan administratif dan normatif belaka, tetapi juga perlu gerakan-gerakan kreatif dan inovatif, untuk mendorong percepatan pencapaian tujuan Muhammadiyah dengan segenap tantangan dan peluang yang ada.
Di tengah derasnya arus gelombang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sekarang ini, perebutan narasi di media digital menjadi tak terelakkan. Informasi apa pun dapat diakses dengan mudah, cepat, di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Akses informasi secara mandiri oleh masyarakat bagaikan menu hidangan yang siap dipilih dan dikonsumsi sesuai selera masing – masing masyarakat. Kemajuan teknologi informasi bagaikan sebilah pisau yang bisa mendatangkan dampak positif maupun negatif bagi masyarakat global.
Muhammadiyah harus Jadi Produsen Dakwah Digital
Derasnya perebutan narasi di dunia maya, di mana posisi Muhammadiyah dan warganya ? Apakah sebagai produsen konten-konten informasi atau sebagai konsumen/pengguna informasi.
Dalam fenomena seperti ini Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern dan meranah dunia global, sudah saatnya pimpinan dan warga Muhammadiyah hadir dalam ruang – ruang dunia maya untuk memberikan pencerahan dan memenangkan narasi kebenaran dan kebaikan bagi masyarakat digital sekarang ini.
Dakwah digital bagi aktivis Muhammadiyah dan ortomnya adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Berperan sekarang atau tergilas zaman, mau menjadi pembawa arus perubahan atau terbawa arus kejumudan.
Sesungguhnya para aktivis Muhammadiyah baik yang berada di struktural persyarikatan maupun di luar barisan struktural dapat mengambil peran strategisnya di dakwah digital untuk menjawab kegelisahan dampak negatif teknologi informasi dan hadir dalam peran – peran positif – solutif atas problematika yang terjadi di masyarakat.
Problem Dakwah Digital
Problematika arus besar dunia digital sekarang ini adalah bertaburannya disinformasi dan misinformasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan hoaks.
Hal ini menjadi masalah serius jika narasi yang disampaikan adalah konten yang sesat dan menyesatkan, meresahkan jagat maya, dan menjadi kegaduhan gerombolan tak berkesudahan.
Dakwah digital menjadi satu hal yang mestinya dikembangkan oleh para pendakwah (kader-kader Muhammadiyah), di mana era sekarang orang lebih cenderung mempercayai pada pemberitaan yang sangat mudah dilemparkan di gadget. Apa yang mesti dilakukan?
Apresiasi untuk Dakwah Digital Kader Muhammadiyah
Tentu sangat apresiatif terhadap para kader muda aktivis Muhammadiyah yang bergerak di bidang dakwah kepenulisan atau dakwah literasi. Salah satu jalan untuk tetap menyampaikan kebenaran dan kebaikan melalui tulisan.
Seperti para aktivis kader Muhammadiyah yang mendirikan beberapa website dakwah digital berskala nasional maupun lokal, antara lain: ibtimes.id, rahma.id, kalimahsawa.id, tanwir.id, milenialis.id, al-ashr.id, pucukmera.id, mahanpedia.id, dan masih banyak lagi yang digerakkan oleh para aktivis muda Muhammadiyah sekalipun tanpa mengibarkan simbol Muhammadiyah.
Pemikiran kritis dan cerdas berdakwah digital yang dituangkan dalam rangkaian narasi tulisan, dianggap efektif dan strategis untuk merebut narasi di ruang – ruang publik berbasis digital, menebar nilai–nilai Islam, ke-Indonesiaan dan kemanusiaan global.
Menggorganisir Dakwah Digital
Gerakan dakwah digital dimaksudkan untuk memberikan informasi – informasi yang edukatif dan mencerahkan di tengah arus informasi negatif yang menjejali dunia maya sekarang ini. Bukankah ada pepatah “Kejahatan yang teroganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”
Pepatah ini harus menjadi warning bagi aktivis dakwah Muhammadiyah untuk merapatkan barisan dalam membangun strategi dakwah yang lebih sistematis, masif dan terorganisir dengan mulai menggarap dakwah di dunia digital.
Tak Perlu Resah dengan Dakwah Digital Kader Muhammadiyah
Para aktivis Muhammadiyah terutama di kalangan pimpinan struktural persyarikatan (semua jenjang struktural) tidak perlu kebakaran jenggot ketika para kader atau aktivisnya tidak melulu menggunakan media resmi persyarikatan untuk merebut narasi dakwah sebagai wadah dalam penyebaran pemikiran melalui gerakan literasi digitalnya.
Fenomena ini justru harus ditangkap secara positif sebagai gerakan dinamis dan kontekstual dalam mengusung semangat dan ruh gerakan dakwah amar maruf nahi munkar. Semua bergerak untuk pengembangan dakwah, struktural persyarikatan bergerak dengan caranya, aktivis Muhammadiyah kultural – non struktural bergerak dengan strateginya, berjalan beriringan membawa pesan-pesan dakwah yang sama, berbeda cara.
Hal ini juga harus dimaknai bahwa semangat dan ruh gerakan dakwah pembaruan tidak boleh berhenti ketika para aktivis AMM sudah tidak lagi menjadi pengurus badan organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah/Aisyiyah yang memang dibatasi oleh periodesasi kepengurusan. Perluasan gerakan dakwah digital sudah saatnya harus menjadi konsen dan garapan para aktivis muda Muhammadiyah dan gerakan dakwah digital ini harus dilakukan secara serius, konsisten dan berkelanjutan. Wallahu a`lam bisshawab.