DEMAKMU.COM | TANGERANG—Sebagai komunitas muslim yang berakal kritis, Warga Muhammadiyah lebih-lebih civitas akademika atau dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah – ‘Aisyiyah (PTMA) diminta tanggap terhadap perubahan.
Perubahan meniscayakan sesuatu menjadi dinamis, oleh karena itu dalam menghadapi kehidupan kampus juga harus selaras dengan perkembangan. Bukan hanya merepetisi atau mengulang-ulang apa yang telah lampau dilakukan.
Bahkan Ketua PP Muhammadiyah, Dahlan Rais menegaskan bahwa amal belum bisa disebut salih apabila tidak kreatif dan produktif. Meskipun itu amal kebaikan. Menurutnya sebuah amal yang dilakukan secara repetisi dan membosankan, tidak bisa disebut amal salih.
“Sebuah amal itu kalau repetitif, itu-itu lagi, again and again, apalagi dilakukan dengan membosankan, pasti itu tidak bisa disebut salih”. Ucap Dahlan, Rabu (3/8) di acara Tasyakur Milad ke-13 Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Dahlan menegaskan, sebuah amal jika ingin disebut sebagai amal saleh tidak boleh dilakukan dengan jumud. Dia menjelaskan bahwa, jumud dan salih itu tidak bisa kompromi. Hal ini jika dikontekstualisasikan pada pendidik, maka pendidik yang jumud ialah yang sudah puluhan tahun mendidik, tapi bukunya tidak tambah, model pembelajaran itu-itu saja membosankan.
Mengutip potongan Surat At Tin ayat 4, Dahlan mengungkapkan bahwa ayat tersebut menggambarkan bahwa manusia diberikan kelebihan oleh Allah SWT yang salah satunya adalah kreativitas itu sendiri.
Sementara dalam kreatif dari kacamata Dahlan terdapat tiga nilai yaitu novelty atau kebaruan. Ini menjadi pembeda pendidik yang kreatif dan yang mengaku kreatif. Kedua, unsur solutif atau penyelesaian masalah.
“Yang ketiga harus bersifat divergent, membiarkan berbagai macam pemikiran itu berlangsung dalam proses. Tidak kemudian kacamata kuda, hanya satu saja”. Tuturnya.
Pada kesempatan yang baik ini Dahlan mengajak seluruh civitas akademika, termasuk seluruh civitas yang berada di seluruh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di berbagai bidang untuk menjawab tantangan perubahan ini.
“Mari kita jawab bagaimana karya-karya kita ini bisa berupa amal saleh, yaitu sebuah amal yang didalamnya ada unsur kebaruan, ada unsur pemecahan masalah, dan memberikan proses perbedaan-perbedaan di dalam proses pencarian”. Tegasnya.