DEMAKMU.COM | YOGYAKARTA – Nasyiatul ‘Aisyiyah, pada tanggal 28 Dzulhijjah 1443 H telah menginjak usianya yang ke-94 tahun. Sebagai wujud syukur atas milad tahun ini, Pimpinan Pusat NA menyelenggarakan agenda puncak milad dengan tema: “Merawat Damai, Menggelorakan Semesta”, Ahad (24/7) di Amphitarium Gedung Utama Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Dr. Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum PP NA, Dyah Puspitarini, Rektor UAD, Muchlas M.T., Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang, Raja Juli Antoni, Guru Besar UGM sekaligus Ketua Umum NA tahun 1965, Prof. SIti Chamamah Soeratno, dan tamu undangan serta kader NA se-Indonesia.
Berkaitan dengan tema yang diusung dalam milad tahun ini, PP NA melihatnya sangat sejalan dengan tantangan era globalisasi yang membuat dunia makin tidak bersekat dan rentan dengan konflik. Sebagai salah satu anak panah persyarikatan Muhammadiyah, NA berharap bisa mewujudkan dunia yang lebih toleran terhadap keberagaman.
Diyah Puspitarini dalam sambutannya menyampaikan bahwa menapaki umur 94 tahun, berarti NA sudah hampir melalui perjalanan satu abad. Sesuai dengan tema yang telah disebutkan, NA berpedoman bahwa nilai kedamaian merupakan salah satu ajaran Islam yang wajib diamalkan. “Hablum minallah dan hablum minannas harus sejalan. Tujuan kita adalah menjadi rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya bagi muslim, jadi apapun perbedaan kita, tetap harus merangkul satu sama lain,” jelas Diyah.
Ia juga menyebutkan, terdapat lima pesan penting untuk para kader NA. Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid tidak hanya berkutat pada ibadah semata, tetapi juga mengajak untuk berkontribusi nyata dalam kerja-kerja peradaban. Kedua, kader-kader Nasyiatul Aisyiyah harus menjadi uswatun hasanah dalam penyelesaian konflik baik agraria, rumah tangga, maupun isu pelecehan seksual. Ketiga, penegasan bahwa Islam merupakan agama perdamaian. Keempat, melestarikan lingkungan. Kelima, menguatkan jaringan kerjasama.
Sementara itu, Noordjannah berpesan agar menjadikan keputusan tarjih Muhammadiyah sebagai pionir dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat, terutama menyoal isu perempuan. NA harus bisa aktif ikut serta menjawab persoalan bangsa dan kepentingan isu-isu kaum perempuan.
“Bagaimana bisa menghadirkan perempuan sebagai manusia yang tidak dibedakan untuk menjalani kehidupan. Kita perlu merefleksikan tokoh tokoh perempuan yang mana akan menjadi pandangan kita agar tidak terjebak dalam hal kecil dan menjadikan NA sebagai tempat untuk memetik kebaikan dan ilmu berlanjut menjadi penggerak ‘Aisyiyah,” tuturnya.
Haedar Nashir tak lupa menyampaikan selamat atas milad ke-94 NA. Kepada kader muda NA, Haedar berpesan agar nafas gerakan Islam berkemajuan ini bisa terus digelorakan sebagaimana Muhammadiyah kiprahnya untuk melakukan pembaharuan.
“Saya menegaskan kembali NA sebagai anak panah puteri Aisyiyah dan Muhammadiyah menjadi gerakan dalam menggelorakan Islam berkemajuan sebagai al fitroh al badilah atau pemikiran yang alternatif,” tutur Haedar.
Haedar juga berpesan kepada generasi muda Muhammadiyah untuk masuk dalam dunia kepenulisan sebagai bagian dari jihad dakwah dengan bayani atau teks. Generasi saat ini yang dikenal sebagai generasi milenial agar bisa menjadikan agama sebagai kekuatan dalam membendung pemikiran yang liberal, dimana banyak anak muda saat ini mulai meragukan keberadaan agama.
Acara Resepsi juga dimeriahkan dengan berbagai pendukung lainnya diantaranya penyampaian 10 deklarasi dan komitmen NA, penampilan hiburan stand up comedy, menyanyikan lagu “Nasyiah Berkiprah” sebagai theme song Muktamar ke-14 NA, persembahan puisi, dan pengumuman lomba semarak Milad 94 NA. (*)