DEMAKMU.COM | BLITAR—Milad Muhammadiyah merupakan momentum untuk mengenang jejak perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan serta generasi awal persyarikatan. Tidak hanya untuk dikenang, namun perjuangan para pendiri Muhammadiyah juga harus turut diperas pelajarannya untuk diaplikasikan dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Milad Muhammadiyah ke- 113 & Semarak Muktamar Muhammadiyah yang diselenggarakan Rumah Sakit Umum (RSU) Aminah, Blitar, Jawa Timur.
Selain milad, Muhammadiyah dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Muktamar di Surakarta pada November nanti. Tema yang diangkat adalah Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta.
Menurut Haedar, tema ini dipilih tidak dalam rangka unjuk kebolehan melainkan sebagai penanda sejarah bahwa persyarikatan masih memiliki semangat pantang menyerah untuk terus memajukan bangsa dan mencerahkan semesta.
“Tema ini bukan untuk keren-kerenan, tetapi melambangkan dan menandakan spirit, jiwa, perjuangan Muhammadiyah yang selalu hadir untuk memajukan bangsa dan mencerahkan semesta,” ucap Haedar.
Tema ini berangkat dari seruan Al Quran bahwa umat Islam harus menjadi rahmat bagi semesta alam. Cita-cita ini, yaitu memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta, ucap Haedar, melampaui kerja-kerja amaliyah fisik. Sebab misinya ialah membangun peradaban dan keadaban luhur. Sebagaimana dalam hadis disebutkan bahwa risalah Nabi Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak.
Dalam sejarahnya, misi kerisalahan Nabi Saw mampu mengubah masyarakat jahiliyah dari penyembah berhala kemudian bertauhid kepada Allah hanya dalam tempo 23 tahun. Bahkan Tak sulit membayangkan bagaimana masyarakat Arab pra-Islam yang misoginis dan dikenal sering mengubur hidup-hidup anak perempuan, tetiba diperintah melakukan pesta syukuran (‘aqiqah) atas kelahiran anak perempuan. Semua itu berkat risalah pencerahan yang dilakukan oleh Nabi Saw.
“Masyarakat Arab yang pagan, yang musyrik, berubah menjadi masyarakat yang tauhid. Dengan tauhid ini ada implikasi dan konsekeunsi yang sangat luas dalam seluruh kehidupan. Menghapus praktek-praktek ribawi kemudian berniaga secara halal dan thayyib,” terang Haedar.
Kehadiran Islam di Indonesia yang terdiri dari para mujahid dakwah, saudagar, para wali, dan lain-lain telah memberikan kontribusi positif untuk perkembangan bangsa. Mereka menyebarkan Islam dengan cara-cara yang damai dan bersajaha. Hampir tidak ada catatan kekerasan dalam penyebaran Islam di Nusantara. Karenanya, para pendahulu telah mewariskan pondasi keberagamaan yang kuat namun tetap toleran dan menjunjung tinggi akhlak mulia.
“Ini pondasi penting bahwa Indonesia tegak dan merdeka karena perjuangan umat beragama dan mayoritas muslim, selain untuk mengusir penjajah tapi mereka juga meletakan pondasi dasar keberagamaan,” kata Haedar.