DEMAKMU.COM | Pekalongan – Muhammadiyah, sebagai salah satu gerakan Islam yang terkenal dengan dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, telah membawa peran pentingnya dalam masyarakat selama lebih dari satu abad. Melalui sejarahnya yang panjang, Muhammadiyah senantiasa merespons berbagai isu yang timbul dengan upaya mencari solusi terbaik.
Salah satu instrumen yang digunakan dalam merespons isu zaman adalah Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih. Sebagai forum tertinggi di Muhammadiyah, Munas Tarjih menjadi panggung utama bagi para ulama, pakar, dan intelektual Muhammadiyah untuk membahas dan merumuskan solusi terhadap berbagai masalah keagamaan yang muncul.
“Munas Tarjih adalah Munas Persyarikatan Muhammadiyah, bukan hanya Majelis Tarjih,” ucap Kiai Tafsir, Ketua PWM Jawa Tengah, yang hadid secara langsung di Pekalongan.
Sejak pertama kali dikenal sebagai “Sidang Muktamar Khususi” pada tahun 1929, Munas Tarjih telah mengalami beberapa perubahan nama yang mencerminkan perkembangannya sebagai wadah diskusi dan pengambilan keputusan yang mendasar bagi Muhammadiyah. Munas Tarjih terus berkembang sebagai panggung utama dalam membahas isu-isu keagamaan yang luas.
“Munas Tarjih telah menjadi jendela bagi perkembangan dan evolusi pemikiran Islam di Indonesia,” imbuhnya.
Pada tahun 2024, Pekalongan menjadi tuan rumah Munas Tarjih ke-32. Tema Munas Tarjih kali ini, ‘Meneguhkan Islam Berkemajuan dalam Membangun Peradaban Semesta’, mencerminkan semangat Muhammadiyah untuk menjadi kontributor positif dalam pembangunan peradaban dunia
Tiga materi utama yang akan menjadi pusat perhatian dalam Munas Tarjih ke-32, yaitu Pengembangan Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Fikih Wakaf Kontemporer, dan Kalender Hijriyah Global Tunggal, akan menjadi landasan untuk membahas aspek-aspek krusial dalam merumuskan pandangan dan arah Muhammadiyah ke depan.
“Penyelenggara Munas Tarjih ke-32 adalah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang berkolaborasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah dan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan,” ungkapnya.
Para peserta Munas, yang terdiri dari ulama, tokoh, pakar, pemikir, dan intelektual dari kalangan Muhammadiyah, akan terlibat dalam ijtihad jama’i, sebuah proses kritis dalam merespons perubahan zaman.
“Pekalongan akan menjadi panggung bagi Muhammadiyah untuk meneguhkan eksistensinya sebagai kekuatan spiritual dan intelektual yang berkontribusi pada peradaban semesta,” katanya.
Munas Tarjih ke-32 di Pekalongan bukan hanya sebuah acara keagamaan, melainkan sebuah peristiwa yang menggambarkan semangat Muhammadiyah dalam meresapi nilai-nilai Islam yang berkemajuan dan inklusif, menjadikannya sebagai pemangku peran utama dalam membentuk masa depan keagamaan dan peradaban yang lebih baik.
Editor : M Taufiq Ulinuha