Semarang – Dalam acara Monthly Meeting Lazismu Jawa Tengah yang berlangsung Kamis (17/10/24), Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Dodok Sartono, menyampaikan pentingnya rapat rutin dalam organisasi. Menurutnya, organisasi yang jarang melakukan rapat adalah tanda organisasi yang tidak sehat. Oleh karena itu, PWM Jawa Tengah mendorong rapat rutin sebagai langkah untuk menjaga kinerja dan kesehatan organisasi.
“Organisasi yang jalan tanpa rapat, itu tandanya mesti enggak sehat. Maka, biar organisasi berjalan sehat, lakukan rapat rutin,” ujar Dodok Sartono dalam acara yang digelar di Semarang tersebut. Ia juga menyebut bahwa Lazismu sering dijadikan contoh bagi Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) lainnya, terutama yang memiliki Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) profesional.
Selain itu, Dodok juga menekankan pentingnya Key Performance Indicatore (KPI) dalam mengukur keberhasilan manajemen di berbagai amal usaha Muhammadiyah. Menurutnya, TPA menjadi instrumen penting dalam menilai apakah seorang manajer atau direktur berhasil dalam menjalankan tugasnya. Ia mencontohkan kasus Lazismu yang baru memiliki tiga KPI hijau dari berbagai cabangnya. “Ternyata yang hijau baru tiga KPI-nya. Ya karena baik, saya sebut Kendal sebagai contoh,” ujarnya sembari memberikan apresiasi kepada cabang tersebut.
Lebih jauh, Dodok mengingatkan bahwa meskipun inovatif, program-program yang tidak tercatat dalam KPI akan dianggap tidak ada. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pengurus untuk lebih cermat dalam mencatat dan melaporkan setiap pencapaian yang telah dilakukan. “Program kita inovatif, tapi kalau tidak tercatat atau tidak dilaporkan dalam TPA, ya dianggap tidak ada,” tegasnya.
Pada kesempatan tersebut, Dodok juga mengumumkan bahwa pada 23 November mendatang, PWM Jawa Tengah akan memberikan penghargaan kepada beberapa Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) berdasarkan kategori KPI yang telah ditentukan.
Dalam sambutannya, Dodok Sartono juga mengapresiasi Lazismu Jawa Tengah yang telah meraih sertifikasi ISO 9001 tentang Mutu Manajemen. Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan langkah penting dalam memastikan standar kualitas dalam setiap program yang dijalankan Lazismu. “Selamat untuk Lazismu yang sudah mendapat ISO 9001. Semoga segera meraih ISO 37001 tentang anti korupsi,” ujarnya dengan penuh harap.
Ia juga menyebut bahwa sertifikasi anti korupsi ini akan menjadi yang pertama di Muhammadiyah, dan ia berharap Lazismu dapat menjadi contoh bagi organisasi lainnya. Menurut Dodok, sertifikasi semacam ini tidak hanya sekedar formalitas, tetapi harus diterapkan dengan sungguh-sungguh di lapangan. “Jangan hanya formalitas. Yang penting aplikasinya. Pengakuan memang penting, tapi esensi pelaksanaannya lebih penting,” imbuhnya.
Di akhir sambutannya, Dodok Sartono mengutip surat Al-Jumu’ah ayat 2, yang menekankan pentingnya perubahan perilaku, pikiran, dan kebiasaan dalam mencapai standar manajemen yang baik. Ia menyebut bahwa Nabi Muhammad melakukan perubahan dengan empat tahapan, yaitu membaca ayat-ayat, membersihkan jiwa, mengajarkan kitab, dan memberikan hikmah. Tahapan ini menurutnya relevan dalam penerapan standar ISO dan manajemen di Lazismu dan organisasi Muhammadiyah lainnya.
“Melakukan perubahan itu tidak mudah, tetapi kita harus melakukannya secara bertahap. Dari tahu, mau melakukan, bisa melakukan, hingga terbiasa melakukannya. Itulah yang disebut hikmah,” tutup Dodok.
Editor : M Taufiq Ulinuha