DEMAKMU.COM | Tegal – Sabtu pagi, (28/1/2023) Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Muhammadiyah Jawa Tengah resmi dibuka oleh Ketua PWM Jawa Tengah Dr. KH. Tafsir, M.Ag.
Bertempat di Pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal, hadir secara langsung Ketua PWM Jawa Tengah Dr. KH. Tafsir, M.Ag. beserta jajaran, Ketua PWA Jawa Tengah Dr. Hj. Umul Baroroh, M.Ag. beserta, Pimpinan Organisasi Otonom Muhammadiyah (Ortom) tingkat wilayah, Bupati Kabupaten Tegal Dra. Hj. Umi Azizah, OPD se Kabupaten Tegal, dan anggota Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah yang terdiri dari perwakilan PDM se Jawa Tengah, perwakilan majelis dan Lembaga PWM Jawa Tengah, serta perwakilah Ortom tingkat wilayah.
Pada sambutan yang Ketua PWM Jawa Tengah Dr. KH. Tafsir, M.Ag. sampaikan, ia berterimakasih kepada Bupati Kabupaten Tegal Dra. Hj. Umi Azizah yang telah turut serta memfasilitasi gelaran Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah.
“Alhamdulillah kita dapat menyelenggarakan kegiatan pra Musywil, yakni Musypimwil yang mana menjadi Musypimwil terakhir pada periode ini. Biasanya Musypimwil jelang Musywil itu sederhana, cukup di AUM saja. Namun, Musypimwil kali ini diselenggarakan dengan begitu meriah di Pendopo Kabupaten Tegal,” ucap Tafsir.
Melanjutkan sambutannya, KH. Tafsir menyinggung perihal digantinya qori’ (baca: pembaca Al-Qur’an) yang sudah disiapkan oleh panitia Musypimwil. Kiai Tafsir lantas menjelaskan bahwasanya ia memiliki perhatian khusus terhada qori’ yang akan bertugas pada acara-acara Muhammadiyah, khususnya acara di tingkat wilayah.
“Ada kaidah fikih, Nahnu Nahkumu bi Dhawahir. Orang lain menilai yang lain seberapa dia nampak. Ibu bupati tidak penting (mementingkan) apa ajaran Muhammadiyah, apa isi Musypimwil tidak penting. Tapi bagaimana tampilan di pembukaan Musypimwil itu yang penting. Maka qori’ harus bagus,” ungkap Tafsir diikuti riuh tepuk tangan peserta.
Ia lantas menceritakan juga manakala ia juga mengoreksi MC dan paduan suara di suatu kegiatan PWM Jawa Tengah. Hal-hal detail tersebut sangat ia perhatikan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik dan sempurna.
“Al-Qur’an itu memang wahyu, tapi bacaan itu kreatifitas budaya. Maka ada tempatnya, murattal itu (dapat digunakan pada) acara kematian, sedangkan acara seperti ini seharusnya menggunakan tilawah. Saya amati Muhammadiyah mengalami kemunduran, di dalam baca A-Qur’an bukan semakin progresif malah semakin konservatif,” tegas Tafsir.
Selanjutnya ia juga berterimakasih kepada Bupati Kabupaten Tegal yang juga Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Tegal atas kontribusi NU terhadap jumlah pasien RS PKU Muhammadiyah Singkil Tegal. Pasalnya pada saat sambutan Bupati Tegal, Dra. Hj. Umi Azizah menyampaikan bahwa 90% dari total pasien RS PKU Muhammadiyah Singkil Tegal merupakan warga Nahdlatul Ulama.
“Beberapa rumah sakit kita (Muhammadiyah) memiliki fasilitas bebas kamar untuk Kiai-Kiai NU. Karena dengan hal tersebut, nantinya para Kiai NU akan woro-woro jika sakit nanti ke PKU saja,” ucap Tafsir diiringi gelak tawa peserta.
Kiai Tafsir juga menyebutkan bahwa Muhammadiyah tanpa NU tidak akan menjadi suatu organisasi yang besar dan berkembang.
“Apalah artinya matahari tanpa bumi, ambruk! Mau ngapain matahari tanpa bumi. Coba Muhammadiyah tanpa NU, yang ngisi rumah sakit sopo yang ngisi sekolah sopo? Emangnya mau mengandalkan Muhammadiyah, raiso! Muhammadiyah itu banyak isi kepala, tapi minim jumlah kepala, itu Muhammadiyah,” imbuhnya.
Musywil Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang akan digelar esok pada awal Bulan Maret, telah memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tegal. Hal tersebut disampaikan oleh KH. Tafsir dalam sambutannya. Total terdapat 23 hotel yang dipesan oleh panitia Musywil, baik yang berada di Kota Tegal, Kabupaten Tegal, hingga Kabupaten Brebes. 23 hotel ini nantinya akan menampung 1.950 orang, 1.520 Musywil Muhammadiyah dan 430 Musywil ‘Aisyiyah.
Di akhir sambutannya, KH. Tafsir menegaskan kembali pentingnya gerakan industrialisasi di internal Muhammadiyah.
“Muhammadiyah Jawa Tengah ke depan harus melakukan gerakan industrialisasi, apalagi Musypimwil dan Musywil kali ini digelar di Kota Tegal dan Kabupaten Tegal, Jepangnya Indonesia. Sudah saatnya kita bermain di hulu, jangan hanya di hilir. Di hilir kita sudah berjuang melalui TokoMu. Namun perlu kita ketahui apa yang dijual di TokoMu, apakah dari produk Muhammadiyah? Tidak!” Tegas Tafsir.
Ketua PWM Jawa Tengah berharap agar SMK dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Jawa Tengah tidak hanya sekadar menjadi dan memiki laboratorium. Namun, SMK Muhammadiyah se Jawa Tengah harus mulai mendirikian industri. Produk-produk SMK dan kampus-kampus Muhamamdiyah harapannya dapat diproduksi di dalam industri milik Muhammadiyah.