DEMAKMU.COM | PUSAT —Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud ristek), Nadiem Anwar Makarim apresiasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang memiliki kepedulian dan mengembangkan sekolah literasi untuk mengembangkan membaca sebagai budaya.
Dalam Pembukaan Sekolah Literasi yang dilakukan oleh Pimpinan Wilayah IPM Sulteng pada (2/6), Nadiem menyebut bahwa kepedulian yang ditunjukan IPM melalui pembukaan program Sekolah Literasi selaras dengan program yang sekarang dijalankan oleh pemerintah.
Nadiem berharap, melalui Sekolah Literasi yang diprakarsai oleh IPM mampu mengharmonisasi budaya literasi menuju masyarakat ilmu.
“Sekolah Literasi sebagai upaya untuk menjadi, membentuk dan untuk menjadikan membaca sebagai budaya. Dengan implementasi kurikulum merdeka dan program-program lain yang dijalankan oleh Sekolah Literasi saya yakin kita semua akan mewujudkan masyarakat ilmu,” tuturnya.
Melihat perhatian besar yang diberikan IPM terhadap dunia literasi, Nadiem mengajak untuk menyatukan langkah, bergerak serentak, memulihkan pendidikan, dan mewujudkan Merdeka Belajar. Rendahnya minat baca di Indonesia, menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama-sama.
Menurutnya, dengan berbagai usaha yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah seperti Muhammadiyah serta organisasi otonomnya, namun minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, disebabkan karena literasi belum menjadi prioritas utama dalam ranah pendidikan formal anak-anak Indonesia.
“Anak-anak kita didorong untuk mempelajari begitu banyak mata pelajaran, sementara dasar dari kemampuan memahami teks tidak menjadi perhatian khusus. Sebagai dampaknya proses belajar tidak terjadi secara mendalam dan secara bermakna,” ungkapnya.
Namun demikian, fase ini merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Bangsa Indonesia dalam mengentaskan masalah rendahnya literasi. Karena itu merupakan transformasi pendidikan yang saat ini digerakkan oleh pemerintah melalui kurikulum Merdeka belajar.
Merujuk kurikulum merdeka belajar, Nadiem menyebut bahwa yang menjadi dasar atau esensi dari proses belajar ada dua, yaitu literasi dan numerasi. “Dengan kurikulum ini yang menjadi fokus capaian yang utama adalah kemampuan murid untuk memahami teks dan problem solving,” imbuhnya.