DEMAKMU.COM | YOGYAKARTA – “Saya merasa sangat berbahagia di kota Yogyakarta ini, karena dari sinilah Muhammadiyah sejak tahun 1912 itu menjadi sebuah gerakan yang tidak hanya membawa spirit kemajuan bagi umat Islam yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya tapi sekarang Muhammadiyah telah menjadi gerakan yang mendunia,” kata Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah saat mengisi Tabligh Akbar dalam Gelaran Muhammadiyah Jogja Expo #2, Ahad (9/10).
Mu’ti melanjutkan jika pada tahun 1912 Muhammadiyah itu ada di kampung Kauman Yogyakarta, sekarang ini setelah lebih dari 1 abad Muhammadiyah dapat ditemukan di kampung-kampung paling tidak di 28 negara di dunia. “Ini adalah sebuah capaian yang harus kita bersyukur atas semuanya itu dan suatu capaian yang semakin membuat kita percaya diri bahwa Muhammadiyah ini adalah organisasi yang besar adalah organisasi yang Insya Allah akan terus berkembang dan bertambah besar karena amal-amalnya, karena kehadirannya memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia,” kata Mu’ti.
“Pekan-pekan ini Muhammadiyah Kota Yogyakarta dan juga wilayah DIY seperti sedang mantu karena saya lihat di flyer ini baru kegiatan ke-5 dari 15. Tetapi saya merasakan 1 hal yang secara pribadi sangat mengagumkan, saya menyebut dalam beberapa bulan terakhir ini Indonesia itu seperti sedang demam Muhammadiyah karena kegiatan syiar pra Muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah ke-48 itu berlangsung dimana-mana, kegiatan yang tidak hanya menggambarkan kegembiraan kita warga persyarikatan, tetapi juga mengajak masyarakat juga untuk bergembira bersama kita warga persyarikatan,” sambuungnya.
Kegiatan itu, lanjut Mu’ti, tidak hanya euforia belaka tetapi kegiatan yang memiliki manfaat yang dirasakan langsung oleh seluruh masyarakat. Ada spirit, ada ghirah yang luar biasa di mana warga Muhammadiyah ini semuanya bergembira, semuanya bersuka cita untuk bagaimana menyukseskan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang ke-48 yang memang sempat tertunda 2 tahun karena terkendala covid 19. Tetapi dalam masa 2 tahun itu Muhammadiyah tidak berhenti, dalam masa 2 tahun itu Muhammadiyah tetap aktif melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat bahkan dalam masa 2 tahun pandemi itu adalah masa dimana publik tidak hanya publik di tanah air tapi juga publik di dunia menyaksikan perbedaan antara gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berkemajuan dengan komunitas masyarakat yang lainnya.
“Tetapi kita melihat masa dalam 2 tahun itu ada sebuah media berbahasa inggris yang menulis bagaimana Muhammadiyah itu hadir sebagai gerakan Islam tidak hanya sebagai gerakan keagamaan yang kalau ada musibah itu hanya berhenti memanjatkan do’a-do’a belaka, tetapi gerakan yang selain memanjatkan do’a juga memberikan solusi yang nyata,” ungkapnya.
Selama pandemi itu, kata Mu’ti, dunia menyaksikan betapa semua elemen Muhammadiyah itu bergerak dan gerak Muhammadiyah itu menurut pemahamannya adalah 1 bentuk aktualisasi dan transformasi dari spirit Al Ma’un dan spirit taawun yang menjadi bagian dari karakter dan kepribadian warga Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. “Musibah itu justru menjadi bagian dari bagaimana Muhammadiyah menunjukkan jati dirinya bahwa gerakan ini sejak awal berdiri sampai sekarang ini selalu hadir sebagai problem solver bukan sebagai problem maker juga bukan sebagai trouble maker. Muhammadiyah hadir sebagai institusi yang menyelesaikan masalah, sebagai institusi yang senantiasa memberi di tengah banyak orang yang membutuhkan uluran tangan membutuhkan bantuan kita. Karena itu justru di masa pandemi justru kita mendapatkan nasional and international recognation, pengakuan nasional dan internasional bagaimana Muhammadiyah ini tetap hadir sebagai gerakan yang senantiasa memberi, gerakan yang senantiasa membantu sesama yang itu menjadi DNA nya Muhammadiyah,” jelas Mu’ti.