DEMAKMU.COM | YOGYAKARTA – Angka perceraian dan kasus kekerasan berbasis gender terus mengalami peningkatan, Ketua Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah mendorong kader ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah bergerak memberi solusi.
Penyebab perceraian yang paling dominan adalah karena motif ekonomi, kemudian disusul karena terjadinya pernikahan dini atau anak-anak. Melihat beberapa motif tersebut, Bu Bayin mengatakan bahwa pihak yang paling dirugikan adalah perempuan.
“Satu dari empat perempuan menikah itu ketika anak-anak, jadi hampir seperempat perempuan atau 24 persen dalam perkara perceraian menikah ketika masih anak-anak. Tetapi pada laki-laki hanya 2 persen yang menikah ketika masih anak-anak,” katanya.
Dalam Dialog Ideopolitor yang diselenggarakan di UNISA pada, Ahad (14/5) dan diikuti perwakilan ‘Aisyiyah dari berbagai wilayah tersebut, Dosen Fakultas Kesehatan UMY ini meminta kader ‘Aisyiyah supaya memberi perhatian terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak ini.
Dia mengungkapkan, bahwa Kasus Kekerasan Berbasis Gender (KGB) yang terjadi malah juga dilakukan oleh pejabat publik seperti ASN, tenaga medis, dan aparat penegak hukum.
“Kekerasan terhadap perempuan justru dilakukan oleh kelompok yang seharusnya jadi pelindung,… Dan ini menunjukkan persentase sebesar sembilan persen dari jumlah total pelaku.” ungkapnya.
Tidak hanya pada lingkup nasional, perempuan Indonesia yang tersebar di beberapa negara sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) juga sering mengalami kekerasan. Bahkan pada 2022 jumlahnya naik 10,8 persen.
Merespon berbagai fenomena kekerasan yang dialami perempuan dan anak, Muhammadiyah-’Aisyiyah menyusun program Penguatan Ketahanan Keluarga berbasis Keluarga Sakinah dengan Gerakan Qoryah Toyyibah.
“Menjadikan keluarga sebagai wahana dalam membudayakan hidup bersih, sehat dan green secara holistik, yang akan menguatkan kesehatan masyarakat.” tuturnya.
Gerakan ini memiliki kaitan erat dengan masalah dampak perubahan iklim, di mana perempuan menjadi kelompok yang paling terdampak, namun disisi lain secara bersamaan perempuan juga memiliki peran penting dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Dalam Gerakan Qoryah Toyyibah memiliki lima pilar pembinaan keluarga Sakinah, yaitu meliputi pembinaan spiritual, pembinaan pendidikan, pembinaan ekonomi, pembinaan kesehatan dan pengelolaan lingkungan, serta pembinaan sosial.