Qurban: Ibadah Berdimensi Ritual dan Sosial
Oleh : Dr. H. Tafsir, M.Ag. (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah)
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْيُضْلِلْهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُوَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍوَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوااتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (٢)إِنَّ شَانِئَكَهُوَ الأبْتَرُ (٣)قال الله تعالى :
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْكَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : امرت با لنحر و هو سنة لكم (رواه الترمذي)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُوَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita awali khutbah ini, dengan mengucapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah SWT atas segalakarunia-Nya. Atas izin-Nya pula, kita dapat berkumpul dalammomen yang agung dan penuh makna ini—Hari Raya IdulAdha 1446 H. Semoga hari yang penuh berkah ini menjadiwasilah bagi kita untuk meraih kesucian jiwa, pengampunandosa, dan diterimanya seluruh amal ibadah oleh Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepadaNabi Muhammad SAW, pemimpin para insan saleh, kekasihAllah Yang Maha Perkasa, penyampai kabar gembira dariTuhan Yang Maha Pengampun, serta sumber keteladanan bagiseluruh umat manusia. Begitu pula kepada keluarga beliaudan para sahabat yang dimuliakan.
Pada kesempatan yang mulia ini, dari mimbar yang penuhkehormatan dan di tengah suasana Idul Adha yang agung, kami selaku khatib mengajak diri pribadi, keluarga, sertaseluruh jama’ah yang hadir untuk senantiasa berupayameningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Salah satubentuk nyata dari ketakwaan tersebut adalah menumbuhkankepedulian sosial dan memperkuat empati terhadap sesama.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِالْحَمْدُ
Jama’ah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah
Idul Adha merupakan momen istimewa yang kembalimengingatkan kita pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihi salam bersama putranya, Nabi Ismail ‘alaihi salam. Sebuah cerita penuh makna yang menggugah hati dan menyentuh jiwa, mencerminkan suatu peristiwa agung yang sulit dilakukan oleh manusia biasa. Ayah dan anak inimenunjukkan ketaatan yang luar biasa dan kepasrahan total kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Nabi Ibrahim memperlihatkan keberanian yang luar biasadalam menjalankan perintah Allah, meskipun harusmengorbankan sosok yang paling ia cintai, yaitu anaknyasendiri. Di sisi lain, Nabi Ismail juga memperlihatkan ketaatanyang luar biasa, baik kepada ayahnya maupun kepada Allah, meskipun itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.
Nabi Ibrahim merupakan sosok ayah yang taat kepadaTuhan, namun tetap menghargai pendapat orang lain. Sikapnya mencerminkan jiwa yang demokratis, ditunjukkandengan ajakan bermusyawarah kepada putranya untukmendengar pendapatnya terlebih dahulu. Sang anak pun menunjukkan keimanan yang tak kalah kuat, denganmenyatakan kesediaannya secara sadar dan tulus. Harmoni inimencerminkan pelaksanaan perintah Tuhan tanpa paksaan, sejalan dengan prinsip bahwa tidak ada pemaksaan dalamberagama.
Kisah di atas sangat relevan untuk dijadikan pelajaranberharga dalam menjalani kehidupan beragama di era sekarang. Keberagamaan yang sejati harus berlandaskan pada kesadaran mendalam terhadap nilai-nilai spiritual dan juga sosial. Nabi Ibrahim menjadi contoh utama dalam hal ini—sosok yang menunjukkan bahwa agama bukan hanya soalibadah ritual, tetapi juga mencakup moral, keikhlasan hati, ketaatan dan ibadah sosial.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِالْحَمْدُ
Jama’ah yang dirahmati Allah
Menumbuhkan kepedulian sosial dan empati terhadapsesama merupakan salah satu bentuk konkret dalammeningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,yang bisa kita lakukan saat ini. Dengan kepekaan sosial yang kuat, kita akan lebih mampu memahami ajaran Islam yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan solidaritas. Dengan demikian, kita pun dapat menjadi pribadi yang bermanfaat dan siap membantu orang lain di sekitar kita.
Menjadi pribadi yang peduli dan memberi manfaat bagiorang lain adalah salah satu nilai luhur yang diajarkan dalamIslam. Bahkan, Islam menempatkan orang yang paling berguna bagi sesama sebagai sebaik-baik manusia. Sebab, melalui tindakan memberi manfaat, kita turut menghadirkankebaikan dan perubahan positif dalam kehidupan orang lain.
Di momentum Hari Raya Idul Adha kali ini, bahwa setiapdari kita yang telah memiliki kemampuan ditekankn untukmelaksanakan ibadah qurban (الاضحية) , yang berarti sesuatuyang disembelih dari jenis Binatang ternak untukmendekatkan diri (taqarruban) kepada Allah swt pada hariNahr, yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah setelah Shalat IdulAdha dan Hari Tasyriq (11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
Ibadah qurban merupakan ibadah yang tidak hanyamemiliki dimensi ritual (ubudiyah) kepada Allah Swt, tetapijuga memiliki dimensi sosial (ijtima’iyah) kepada. Secararitual, ibadah qurban merupakan wujud ketaatan kepadaperintah Allah SWT dan bentuk pendekatan diri kepada-Nya. Sedangkan dari sisi social, ibadah qurban menjadi saranauntuk menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosialterhadap sesama. Sebab daging kurban yang ada bukansesuatu yang sacral, tetapi merupakan sesuatu yang profanuntuk dinikmati sebagian kecilnya oleh shahibul qurban dan sebagian besarnya untuk dabagikan kepada orang lain.
Pertama, Qurban (الاضحية) sebagai ibadah ritual. Qurban merupakan bentuk penghambaan kepada Allah. Dalam surat Al-Hajj ayat 37, Allah Berfirman:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَسَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampaikepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabargembira kepada orang-orang yang muhsin (QS. Al Hajj:37).
Ayat ini menunjukkan bahwa yang paling utama dariibadah qurban adalah ketulusan dan keikhlasan niat. Kita menyembelih bukan untuk pamer, bukan untuk gengsi, bukanpula karena tradisi semata. Tetapi karena dorongan takwa dan kepatuhan terhadap perintah Allah SWT.
Hari Raya Idul Adha merupakan ibadah sembelihan hewanqurban yang kita laksanakan sebagai bentuk wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatyang banyak kepada kita. Ibadah Qurban juga termasukamalan Sunnah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Abbas R.A, bahwasanya:
سمعت رسول الله صتى الله عليه و سلم يقول : ثلاث هن على فرائض و هن لكم تطوع : الوطر و النحر و صلاة الضحى
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang wajib bagiku, Sunnah bagi kalian, yaitu: Sholat Witir, Qurban dan Sholat Dhuha.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
Sesungguhnya tiga ibadah yang diwasiatkan Nabi SAW initerbilang ringan dan mudah dikerjakan. Hanya saja butuhsedikit konsistensi dan semangat agar lebih terbiasa. Semogakita mampu menjadikan ibadah tersebut sebagai rutinitas.
Sebagai ibadah yang memiliki sisi ritual kepada Allah swtdan social kepada sesame, maka hewan yang kita jadikanqurban harus yang terbaik, sempurna. Oleh karena itu, hewanqurban tersebut tidak boleh sakit, cacat, kurus, dsb. Hal inisesuai dengan pendapat para ulama, salah satunya Prof, Dr. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya, Al– Fiqh al-Islamiyu waAdilatuhu. Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhuma, iaberkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernahberdiri di tengah-tengah kami dan berkata: Ada empat cacatyang tidak dibolehkan pada hewan qurban: (1) Buta sebelahdan jelas sekali kebutaannya, (2) Sakit dan tampak jelassakitnya, (3) Pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) Sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.” Hadis tersebut menunjukkan, jika di antara empat cacat tersebutditemukan, maka tidak sah dijadikan sebagai qurban.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِالْحَمْدُ
Jama’ah yang dirahmati Allah
Kedua, Qurban sebagai ibadah sosial. Selain sebagaibentuk ketaatan, qurban juga mengandung nilai sosial yang sangat besar. Daging dari hewan yang disembelih Sebagian kecil bisa dinikmati oleh shahibul qurban, Sebagian besaryang lain dibagikan kepada orang lain, kaum fakir, miskin, dan mereka yang membutuhkan. Ini menjadi bentuk nyatasolidaritas sosial di antara kita. Al-Qur,an mengajarkankepada kit ajika hendak memberi kepada orang lain. Maka berilah yang terbaik dari apa yang kita miliki. Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 177, Allah berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَبِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِىالْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚوَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْاۚ وَالصّٰبِرِيْنَفِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْاۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُالْمُتَّقُوْنَ
Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmuke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikanharta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulahorang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Inilah bukti bahwa Islam tidak hanya mengajarkanhubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah), tetapijuga hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablumminannas). Ibadah qurban tidak hanya mencerminkanketaatan spiritual kepada Allah, tetapi juga mengandung nilaisosial yang sangat dalam.
Selain itu, pembagian daging qurban menjadi sarana untukmempererat ukhuwah islamiyah, membangun solidaritas, sertamenumbuhkan rasa keadilan dan kebersamaan dalammasyarakat. Dengan berqurban, kita belajar berbagi nikmat, mengikis sifat individualistis, dan menumbuhkan empatisosial.
Qurban juga merupakan simbol pengorbanan, namunsekaligus juga bentuk nyata kepedulian sosial. Maka, marijadikan ibadah qurban bukan hanya sebagai bentuk ketaatanritual semata, tetapi juga sebagai upaya membangun dimensisosial masyarakat yang lebih adil, peduli, dan penuh kasihsayang.
Jama’ah Shalat Idul Adha yang berbahagia
Melalui ibadah qurban, mari kita tumbuhkan semangatkepedulian terhadap sesama. Jangan biarkan tetangga kitakelaparan saat kita mampu memberi. Qurban adalah simbolsolidaritas. Ini mengajarkan bahwa harta yang kita milikibukan semata untuk dinikmati sendiri, tetapi ada hak orang lain di dalamnya.
Mari kita jadikan momentum Hari Raya Idul Adha inisebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah melaluiibadah qurban yang ikhlas. Qurban bukan sekadarmenyembelih hewan, tetapi juga simbol ketundukan, keikhlasan, dan kepedulian.
Dengan berkurban, kita tidak hanya meneladani ketaatanNabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tetapi juga menyebarkanmanfaat bagi masyarakat, terutama bagi saudara-saudara kitayang membutuhkan. Semoga kurban kita menjadi wujud imanyang hidup—yang tidak hanya bersemayam dalam hati, tetapijuga nyata dalam amal dan sosial.
Wahai orang-orang beriman, yakinlah bahwa ibadah qurban yang kita laksanakan tidak akan pernah merugikankita. Sebab, Allah pasti akan membalasnya dengan kebaikan, keselamatan, dan keberkahan bagi siapa saja yang senantiasamenaati perintah-Nya. Mari kita kuatkan semangat beribadahdan memperluas kepedulian sosial, agar Idul Adha inimembawa keberkahan bagi pribadi, keluarga, dan umat.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِالْحَمْدُ
Di akhir khutbah ini, marilah kita dengan penuh kekhusyukandan kerendahan hati memanjatkan doa kepada Allah SWT. Semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segalakeburukan yang menjerumuskan umat Islam. Kita memohonagar Allah SWT menyatukan langkah kita dalam kebenaranagama-Nya, serta menganugerahkan kekuatan untukmenjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Semoga kita senantiasa dalam ampunan, ridlo dan lindungandari Allah swt.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْوَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَسَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَرَءُوْفٌ رَّحِيمُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلامُ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُلِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ
والسلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha