DEMAKMU.COM | PUWOKERTO—Menanggapi perbedaan di tubuh internal umat Islam, termasuk di internal Muhammadiyah, Ketua PP Muhammadiyah, Muhadjir Effendy mengatakan supaya perbedaan tetap diperhatikan tetapi jangan terlalu fokus hanya pada perbedaannya saja.
Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia tentu di dalamnya memiliki banyak perbedaan, akan tetapi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) ini mengingatkan supaya tidak terlalu ‘kencang’ dalam perbedaan.
Termasuk model-model pesantren di kalangan Umat Islam, termasuk Muhammadiyah yang menurut Muhadjir ditemukan beberapa varian. Oleh karena itu dirinya mendorong agar ada upaya mencari titik temu dan model pesantren otentik Muhammadiyah.
“Kalau terlalu kencang, terlalu fokus pada perbedaan nanti tidak ada habisnya. Karena itu harus ada upaya untuk mencari titik temu dari berbagai macam perbedaan tersebut,” ucap Muhadjir, Sabtu (6/8) di acara Seminar Pra Muktamar yang diadakan UM Purwokerto.
Dalam seminar yang membahas tentang “Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan dan Tantangan Masa Depan” ini, Muhadjir menuturkan bahwa di pesantren-pesantren Muhammadiyah juga terdapat perbedaan atau varian.
Oleh karena itu dirinya mengajak kepada pemangku kepentingan di Muhammadiyah untuk mencari titik temu, atau model generic pesantren Muhammadiyah untuk diangkat menjadi bahan pemikiran.
“Kalau saya melihat itu bukan mazhab di Muhammadiyah, tetapi hanya varian-varian dan itu akan selalu terus terjadi”. Tegasnya.
Dia menyarankan supaya di Muhammadiyah dibangun gerakan yang sentripetal, bukan sebaliknya atau gerakan sentrifugal. Karena jika yang dikedepankan untuk dibangun adalah gerakan sentrifugal, karena perbedaan tidak akan ada habisnya.
Di sisi lain, Muhadjir juga menyoroti tentang perbedaan konseptual tentang sekolah, madrasah, dan pondok pesantren di Muhammadiyah. Menurutnya, konsep ketiga bentuk lembaga tersebut masih ada konfliktual.
“Mohon ini dirumuskan dengan cermat. Termasuk keterampilan-keterampilan dasar, kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh santri lulusan pondok pesantren Muhammadiyah”. Harap Muhadjir.
Merumuskan kompetensi atau keterampilan santri ini penting untuk dimiliki Muhammadiyah, sebab ini akan menjadi keunikan ataupun keunggulan santri lulusan pesantren Muhammadiyah dengan siswa lulusan sekolah atau madrasah Muhammadiyah.
Di tengah banyaknya pengajar atau ustadz yang ingin mengajar di pesantren Muhammadiyah dengan berbagai maksud dan tujuan, Muhadjir mendorong harus ada filtrasi bagi siapa yang ingin bergabung. Sehingga standar minimum nilai Kemuhammadiyahannya terpenuhi.