DEMAKMU.COM | PUSAT – Militansi yang dimiliki oleh kader-kader Muhammadiyah di zaman digital saat ini setidaknya mereka harus sudah follow akun-akun resmi milik Muhammadiyah maupun akun-akun yang berafiliasi kepada Muhammadiyah. Begitu yang disampaikan Arif Nur Kholis, Manager Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) dalam kegiatan Pelatihan Kader Muda Taruan Melati (PKMTM) 2 PD IPM Bantul (4/6).
Gerakan militansi di dunia digital selanjutnya menurut Arif adalah dengan melakukan interaksi seperti like, comment, share, dan save serta berjejaring baik antara akun kader yang satu dengan yang lainnnya. Karena dengan begitu, narasi-narasi yang diwujudkan dalam konten di akun Muhammadiyah akan semakin tersebar dan terakses oleh followers di akun-akun kader Muhammadiyah.
“Jadi, kenapa salah satu gerakan militansi digital kader Muhammadiyah adalah wajib follow akun muhammadiyah? Karena Muhammadiyah membutuhkan dukungan yang salah satunya contohnya adalah dengan melakukan interaksi di satu postingan akun media sosial lensamu. Dengan begitu, berarti kita telah mengenalkan Muhammadiyah ke followers yang dimiliki,” terang Arif.
Militansi kader Muhammadiyah di dunia digital juga harus mengimbangi bahkan bisa lebih dari jumlah kader yang dimiliki dalam structural. Karena Muhammadiyah masih membutuhkan banyak followers, buzzer, macro dan micro influencer untuk membawa nilai-nilai Muhammadiyah, Islam Berkemajuan, amal usahanya, dan sebagainya.
Selain itu, Arif juga mengutip pesan yang pernah disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir yang berbunyi, “Muhammadiyah berupaya untuk bisa menguasai dunia digital dan memanfaatkannya dengan bijak untuk berdawah serta menyampaikan pesanpesan Islam sebagai alternatif di tengah kurangnya pemahaman Islam di masyarakat”.
Arif menjelaskan, pesan tersebut dapat menjadi landasan kader-kader Muhammadiyah melakukan literasi digital dalam rangka memimpin narasi di dunia ditial.
“Jadi dalam pesan Prof. Haedar menyiratkan bahwa Muhammadiyah ini punya kepentingan untuk berperan kuat menguasai, memimpin bukan jadi korban hoax. Tapi, Muhammadiyah bersama kader-kadernya ingin memimpin atau berfastabiqul khairat, yakni menjadi yang terbaik dari semua yang baik-baik di dunia digital” jelas Arif.
Dalam melakukan gerakan militansi, Kader Muhammadiyah memerlukan kompetensi literasi digital. Yakni memiliki kemampuan memahami isi informasi secara menyeluruh, mengerti mana informasi yang benar dan keliru serta bermanfaat atau tidak. Selain itu, kader Muhammadiyah juga harus percaya diri mengawal pesan-pesan dan nilai-nilai Muhammadiyah di media sosial.
“Kalau langkah-langkah literasi digital dapat dipraktikan kader-kader Muhammadiyah, maka insyallah bisa selamat di dunia digital ini. Tidak kena fitnah atau khurafat, khurafat itu info-info yang tidak jelas sumbernya. Seolah-olah ajaran agama padahal bukan. Apalagi di Muhammadiyah itu kan islam berkemajuan, nah maksudnya itu Islam yang terus mengonfirmasi kesahihan informasi,” pungkas Arif.