Sejatinya, mayoritas agama-agama di dunia muncul untuk mengajarkan kepada umatnya tentang harmonisasi kehidupan yang damai di atas muka bumi. Islam sendiri menegaskan dirinya sebagai agama yang memiliki tujuan sebagai rahmat bagi semesta alam. Namun nyatanya, banyak ajaran mulia agama-agama itu yang tercoreng akibat pemahaman sempit para penganutnya.
Akibatnya, agama seringkali kehilangan fungsi mengharmonisasikan kehidupan manusia sehingga banyak manusia yang bersikap skeptik bahkan antipati terhadap agama. Untuk mengatasi hal itu serta membangun kembali hubungan antar agama yang penuh persahabatan, maka berbagai kelompok iman pun sering bertemu, berdialog dan membuka diri.
“Ketika kita merasa perlu membahas pentingnya kerukunan agama maka secara tersirat ada yang salah dengan kerukunan agama kita. Karena ada yang salah itulah maka perlu adanya upaya konstruktif untuk menghadirkan tafsiran agama yang membawa pada kedamaian,” ungkap Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah, Abdurrahim Ghazali.
Dalam seminar pra Muktamar Muhammadiyah di UM Kupang, Rabu (25/5), dirinya mengungkapkan bahwa bagi umat muslim sendiri, upaya membangun persahabatan antar umat beragama ditegaskan melalui surat Al-An’am ayat 108 tentang larangan mengolok-olok iman dan agama lain. Pemaknaan ayat itu kemudian juga bisa dipahami melalui Hadis Riwayat Muslim tentang ‘Agama adalah nasihat’.
Dalam hadis itu, nasihat dikaitkan dengan Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin).
“Hadis ini menunjukkan paket yang komplit tentang fungsi agama. Nasihat untuk Allah artinya kita mentaati perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Jadi kalau Allah memerintahkan kita untuk berdamai ya jangan bertikai. Kalau Allah melarang kita memaki-maki dan menghina agama lain ya jangan kita lakukan,” kata Ghazali.
“Kedua, nasihat itu untuk kitabnya. Berarti kita harus membaca, memahami dan mengamalkan isi kitab suci bahwa Alquran itu tidak hanya membacanya atau menghafalnya, atau memusabaqahkannya dan berlomba-lomba dengan keindahan bacaan. Tidak cukup dengan itu. Tapi bagaimana agar Alquran yang kita baca itu kita pahami dan kita amalkan isinya,” imbuh Ghazali.
Sementara itu nasihat juga dikaitkan dengan rasul-Nya. Kata Ghazali, ini bermaksud bahwa umat muslim harus meneladani bagaimana cara Rasulullah berinteraksi secara penuh hormat dan perdamaian kepada pemeluk agama lain.
“Dan keempat nasihat untuk pemimpin. Kita menaati pemimpin sepanjang mereka memerintahkan pada hal-hal yang baik dan sepanjang pemimpin itu bisa membawa kita pada kedamaian dan kebahagiaan. Dan kita pun tidak diharuskan atau dibolehkan untuk tidak menjalankan perintah pemimpin ketika dia keluar dari hal-hal itu,” pungkasnya. (afn)