DEMAKMU.COM | MALANG – Siti Walidah, istri Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah memiliki jasa yang luar biasa. Selain mendirikan ‘Aisyiyah, ia juga berperan dalam meningkatkan harkat dan martabat perempuan. Maka, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama dengan pimpinan pusat (PP) ‘Aisyiyah melangsungkan soft launching dan mengupas buku Menapak Jejak Siti Walidah pada 18 November lalu. Hadir pula sederet tokoh untuk turut berdiskusi dan membedah buku terkait.
Salah satunya Prof Siti Chamamah Soeratno yang mengatakan bahwa Siti Walidah menjadi panutan bagi kehidupan Chamamah. Apalagi dengan sikap dan tindakan Siti Walidah yang mampu menjawab tuntutan zaman, membuat Chamamah terinspirasi dan meningkatkan kualitas diri. Menurutnya, kepribadian Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan yang baik tersebut berasal dari keluarga yang mengedepankan pendidikan.
“Tidak hanya itu, nilai-nilai yang ada dalam keluarga tersebut diamalkan oleh Nyai Ahmad Dahlan dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga piawai membesarkan hati orang lain dan menjadi penerang tatkala keadaan tidak memungkinkan,” jelasnya.
Hal tak jauh berbeda disampaikan oleh Siti Fadilah Supari. Ia yang pernah menjabat sebagai menteri kesehatan menuturkan bahwa Nyai Ahmad Dahlan memberikan inspirasi baginya untuk terus berupaya dan berkontribusi bagi bangsa. Utamaya di dunia kesehatan yang digelutinya.
Dalam buku tersebut, diceritakan bagaimana kerja keras Siti Fadilah saat dipercaya menjadi menteri kesehatan. Salah satunya perseteruannya dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait flu burung. Ia berkeyakinan bahwa vaksin flu burung tidak perlu dilakukan. Pun dengan penolakannya akan gagasan flu burung yang menular dari manusia ke manusia. Semua itu berdasarkan penelitian ilmiah, bukan pendapatnya semata.
Perjuangan Siti Fadilan tidak sia-sia. Flu burung yang begitu mematikan tidak jadi berkembang sebagai pandemi karena ia mampu membuktikan tidak ada penularan dari manusia ke manusia. Hal itu membuat sorot mata dan dukungan mengalir ke dirinya.
Turut hadir Yuli Mumpuni Widarso yang pernah menduduki duta besar Indonesia di Aljazair dan Spanyol. Ia mengenal ‘Aisyiyah dari sang ibu yang memang berkecimpung di situ. Apalagi ibunya juga merupakan seorang guru di salah satu SMA Muhammadiyah.
Yuli melihat bahwa kesederhanaan orang Muhammadiyah memberikan nilai tambah di mata masyarakat. Pun dengan komitmen kuat dalam upaya peningkatakan kualitas pendidikan di Indonesia tanpa pamrih. “Nilai-nilai itulah yang selalu saya peang teguh dan amalkan dalma kehidupan sehari-hari. Pun dengan upaya saya saat memegang amanah sebagi duta besar,” katanya menjelaskan.
Adapun Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan juga merupakan pahlawan nasional. Saat Muhammadiyah berdiri pada 1912, ia selalu menyokong perjuangan suaminya. Salah satunya dengan mengusahakan pendidikan kaum wanita di beberapa kampung seperti Kauman, Lempuyangan, Krangkajen dan lainnya,
Dalam buku Menapak jejak Siti Walidah juga dipaparkan benang merah perjuangan Siti Walidah dengan potensi-potensi perempuan masa kini. Bagaimana perempuan mengikuti jejaknya dan berkarya di bidangnya masing-masing.