Pendidikan merupakan hal yang memang dianggap penting di dunia, karena di dunia membutuhkan orang-orang yang berpendidikan agar bisa membangun negara menjadi lebih maju. Di dalam dunia pendidikan tidak lepas dari sistem pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan ketercapaian hasil akhir kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh seorang pendidik dari peserta didik. Untuk itu, sistem pembelajaran yang tepat akan menghasilkan kualitas peserta didik yang pintar dan hebat.
Sistem pembelajaran yang biasanya digunakan dalam lingkungan sekolah ada 2 yaitu sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara luring dan secara daring. Istilah luring dalam KBBI berarti luar jaringan atau yang terputus dari jejaring komputer. Jadi, sistem pembelajaran luring merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka dan tidak memerlukan jaringan internet. Sedangkan daring di dalam KBBI berarti dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Jadi, sistem pembelajaran daring adalah teknik belajar yang dilakukan dengan bantuan internet. Misalnya, melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan Zoom, google meet, dan lain sebagainya.
Sistem pembelajaran sebelum bulan maret tahun 2020 dilaksanakan penuh dengan sistem pembelajaran luring. Akan tetapi, dipertengahan bulan maret tahun 2020 sistem pembelajaran di beberapa kota dan daerah terutama yang sudah masuk zona merah harus dilaksanakan secara daring karena timbulnya wabah penyakit virus covid 19 yang merajalela. Pembelajaran daring dilaksanakan guna menghindarkan peserta didik dari penularan virus covid 19.
Sistem pembelajaran daring yang telah dilaksanakan beberapa bulan ini ternyata menemui banyak kendala. Salah satu kendala terbesar yang terjadi saat sistem pembelajaran daring adalah ketercapaian KI dan KD dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak sesuai yang diharapkan. Sistem pembelajaran daring membuat ketercapaian KI dan KD menjadi tidak maksimal. Berdasarkan berita dalam surat kabar Suara Merdeka online pada hari Selasa, 21 Juli 2020 yang ditulis oleh Royce Wijaya, bahwa pembelajaran daring membuat pencapaian materi dan kompetensi dasar (KD) kurikulum K-13 tidak berjalan secara optimal. Oleh karena itu, ketercapaian KD hanya 60% saja yang menjadi target pembelajaran daring (Wijaya, 2020). Adanya hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran menjadi menurun. Dilihat pada kasus yang diungkapkan oleh (Rigianti, 2020, p. 301) bahwa guru tidak dapat menilai ketercapaian pembelajaran secara objektif sesuai dengan kemampuan peserta didik. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi peserta didik agar lebih meningkatkan pemahaman terhadap materi, sehingga dapat mencapai hasil maksimal dan objektif. Fakta tersebut memberikan wacana tentang kurang maksimalnya pencapaian kompetensi terhadap peserta didik. Pembahasan ini bertujuan agar mengetahui bahwa dalam pembelajaran sistem daring, ketercapaian kompetensi belum bisa maksimal. Selain itu juga agar menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan terkait pembelajaran daring pada masa pandemi.
Dalam artikel ini akan disampaikan pembahasan beberapa hal yang menjadi penyebab terbatasnya pencapaian KI dan KD saat pembelajaran daring. Beberapa penyebab terbatasnya pencapaian KI dan KD saat pembelajaran daring sebagai berikut :
1. Kendala dalam proses pembelajaran daring
Pandemi covid-19 yang melanda di Indonesia sangat berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, bahkan agama. Dalam bidang pendidikan, sekarang ini pembelajaran dilakukan dengan menggunakan sistem daring. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran secara jarak jauh dengan menggunakan handphone Android atau laptop. Saat pembelajaran dilakukan dengan sistem daring tentu muncul kendala yang dialami oleh siswa. Beberapa kendala tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Sebagian peserta didik tidak memiliki media untuk mengikuti pembelajaran secara daring seperti Handphone , Android, computer atau laptop.
b. Kurangnya persediaan kuota internet yang dimiliki oleh peserta didik.
c. Jaringan internet yang kurang stabil karena tidak setiap siswa tinggal di daerah yang mudah mendapatkan sinyal.
Beberapa kendala tersebut memungkinkan sebagian peserta didik beralasan untuk tidak mengikuti pembelajaran secara daring sehingga akhirnya tidak hadir saat jadwal pembelajaran dilaksanakan. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik ketinggalan materi pelajaran dan akhirnya mereka tidak memahami materi yang dijelaskan oleh guru pada saat itu.
2. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi
Saat pembelajaran daring pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran menjadi kurang maksimal. Meskipun terlihat santai dan menyenangkan, pembelajaran daring bukanlah hal yang mudah bagi peserta didik. Dalam satu hari peserta didik harus mengikuti pembelajaran daring lebih dari satu, dua, bahkan tiga mata pelajaran sekaligus. Biasanya per mata pelajaran dilaksanakan selama 30 menit sampai 1 jam. Hal ini yang membuat peserta didik menjadi jenuh dan bosan berlama-lama di depan handphone atau laptop.
Selain itu, tugas yang diberikan saat pelaksaan sistem pembelajaran daring juga terlalu banyak jika dibandingkan sistem pembelajaran secara luring. Hal tersebut membuat peserta didik tidak fokus dan merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Akhirnya banyak dari mereka yang mengerjakan tugas hanya copi paste dari teman-temannya. Akibatnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru menjadi berkurang.
3. Ketercapaian KI dan KD yang belum bisa maksimal
Berkurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran saat mengikuti sistem pembelajaran daring dari beberapa kendala yang terjadi juga berdampak pada pencapaian kompetensinya. Pencapaian kompetensi yang semula diharapkan berhasil dan memperoleh hasil yang maksimal ternyata tidak sepenuhnya terjadi. Karena sistem pembelajaran daring dinilai kurang efektif walau guru sudah berusaha semaksimal mungkin saat menyampaikan materi. Padahal pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabilakompetensi dapat tercapai 100%. Namun, guru tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara penuh untuk menyelesaikan KI dan KD karena sistem pembelajaran daring sangat terbatas dari segi pembagian waktunya. Guru hanya bisa merencanakan 60% saja kegiatan pembelajaran tanpa mengurangi materi esensialnya. Hal inilah yang juga menjadi faktor pencapaian KI dan KD dalam sistem pembelajaran daring belum bisa maksimal.
4. Wujud keterbatasan pencapaian KI dan KD dalam pembelajaran daring
Dengan melihat berbagai kendala yang muncul pada saat dilaksanakannya sistem pembelajaran daring ini, ketercapaian KI dan KD harus menjadi perhatian khusus. Pencapaian KI dan KD yang belum maksimal menunjukkan bahwa pembelajaran sistem daring kurang efektif dalam menunjang keberhasilan kegiatan belajar peserta didik. Kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dapat berwujud pada keterbatasan pencapaian KI dan Kdnya. Kompetensi Inti pada sikap spiritual dan sosial misalnya, dengan pembelajaran daring guru tidak dapat melihat dan mengukur secara langsung ketaatan peserta didik saat melaksanakan ibadahnya, sikap toleransi antar peserta didik dengan teman-temannya, dan sikap- sikap yang lain seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang dimiliki peserta didik seperti ketika pembelajaran luring.
Wujud lain keterbatasan pada pencapaian kompetensi dasar yaitu pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran sistem daring membuat peserta didik kesulitan dalam mengerjakan tugas, soal latihan, dan ulangan. Selain itu guru juga tidak bisa menilai sikappeserta didik secara langsung saat pembelajaran daring. Begitu juga aspek psikomotorik, peserta didik akan kesulitan untuk menunjukkan keaktifannya secara langsung seperti ketika bertatap muka. Beberapa hal itulah yang menjadi wujud keterbatasan dalampencapaian KI dan KD dalam pembelajaran sistem daring.
Dari hasil pengamatan dan fakta-fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa berubahnya sistem pembelajaran luring atau tatap muka menjadi sistem pembelajaran secara daring memunculkan berbagai kendala. Salah satunya adalah terbatasnya pencapaian kompetensi oleh peserta didik dilihat dari pemahaman materi dan hasil belajar yang belum maksimal dan objektif. Maka, guru perlu memperhitungkan dengan seksama cara menyampaikan materi dan beban belajar peserta didik saat mengerjakan tugas. Setidaknya, pencapaian kompetensi pembelajaran dibuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dan tolak ukur dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Kurikulum yang diterapkan pun harus bersifat fleksibel saat pelaksanaan sistem pembelajaran daring agar ketercapaian KI dan KD akhirnya mencapai hasil yang memuaskan dan sesuai yang diinginkan oleh guru.
Penulis : Sri Kurnia Fitriani, S.Pd. | Sumber : www.smkpontrendemak.sch.id