DEMAKMU.COM | BANTUL—Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah jelaskan gender dalam perspektif Muhammadiyah. Dalam paparannya Tri Hastuti memulai dengan apa itu perbedaan gender dengan sex.
Secara sederhana, sex itu adalah jenis kelamin yang diberikan oleh Allah SWT yang sudah kodrati. Sementara gender adalah hasil dari konstruksi sosial. Oleh karena itu, gender erat kaitannya dipengaruhi oleh relasi sosial di mana manusia itu ada.
Dalam urusan sex Muhammadiyah sudah final, Muhammadiyah mengakui jenis kelamin itu ada dua yaitu laki-laki dan perempuan. Akan tetapi urusan gender ini terus dinamis, Tri menyebut ketika konstruksi sosial itu menimbulkan ketidakadilan inilah yang kemudian menjadi masalah.
“Konstruksi ini menimbulkan ketidakadilan, kemudian ini yang menjadi masalah”. Tutur Tri Hastuti pada, Rabu (3/8) di acara Kramat Bantul yang diadakan oleh Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Bantul.
Konstruksi sosial tersebut bahkan berdampak apa yang disebut dengan feminisme kemiskinan, yaitu wajah-wajah kemiskinan yang ditampilkan dengan wajah perempuan. Dampak lain adalah semakin terpinggirkannya peran perempuan, bahkan perempuan tidak diberi akses pengambilan kebijakan publik.
“Karena perempuan tidak pernah dilibatkan, karena perempuan berada semakin di pinggiran. Jumlah anggota DPD perempuan sedikit, jumlah anggota DPRD perempuan sedikit, dan jabatan-jabatan publik bagi perempuan sedikit’. Ucapnya.
Sementara itu, Muhammadiyah dalam urusan gender lebih dinamis. Di mana sejak awal kelahirannya, organisasi ini mentasbihkan diri bukan hanya perhatian kepada kelompok laki-laki saja, tetapi juga mengakomodir kepentingan perempuan.
Pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan bersama istri, Nyai Siti Walidah menjadi pelopor gerakan kebangkitan perempuan di Indonesia. Melalui gagasan genialnya, mereka menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya hak kelompok laki-laki saja, tapi juga kelompok perempuan.
Kemudian pada tahun 1914, bersama dengan perempuan-perempuan muda progresif mendirikan perkumpulan yang mereka sebut dengan Sopo Tresno atau siapa cinta/suka. Perkumpulan ini menjadi cikal bakal berdirinya ‘Aisyiyah, organisasi perempuan Islam Berkemajuan
‘Aisyiyah saat ini tercatat sebagai satu-satunya organisasi perempuan Islam yang memiliki perguruan tinggi, bukan hanya satu tapi tiga universitas di Indonesia, dan mengelola ribuan Amal Usaha bidang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), serta memiliki jaringan pelayanan kesehatan.