Munas Tarjih merupakan forum tertinggi di Muhammadiyah untuk membahas masalah-masalah keagamaan untuk menjadi panduan bagi warga persyarikatan maupun umat Islam secara umum. Sejak Majelis Tarjih berdiri pada tahun 1927, istilah Musyawarah Nasional Tarjih ini berulang kali mengalami perubahan nama seperti Muktamar Khususi, Muktamar Khususi Tarjih, Muktamar Tarjih, dan terakhir Musyawarah Nasional.
Berikut milestone Munas Tarjh dari masa ke masa:
- 1929: Sidang Muktamar Khususi pertama yang diadakan pada Congres Muhammadiyah ke-18 di Solo, 30 Januari s.d. 5 Februari 1929, menghasilkan keputusan tentang Kitab Iman, Kitab Salat, dan beberapa masalah, di masa periode kepemimpinan K.H. Mas Mansur sebagai Ketua Majelis Tarjih Hoofdbestuur Muhammadiyah.
- 1930: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi, Minangkabau, 14 s.d. 21 Maret 1930, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1931: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta, 8 s.d. 16 Mei 1931, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1932: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-21 di Makassa2, 1 s.d. 7 Mei 1932, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1933: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-22 di Semarang, 21 s.d. 28 Juni 1933, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1935: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin, 15 s.d. 22 Juli 1935, menghasilkan keputusan tentang Kitab Thaharah.
- 1936: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah Seperempat Abad (ke-25) di Betawi/Jakarta, 21 s.d. 26 Juli 1936, menghasilkan keputusan tentang Kitab Jenazah dan beberapa masalah.
- 1937: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta, 8 s.d. 15 Oktober 1937, menghasilkan keputusan tentang Koreksi Beberapa Keputusan yang telah lalu. Pada Muktamar Khususi ini, kepemimpinan Majelis Tarjih telah berpindah ke Ki Bagoes Hadikoesoemo menggantikan K.H. Mas Mansur.
- 1938: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-27 di Malang, 21 s.d. 26 Juli 1938, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1939: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-28 di Medan, 19 s.d. 25 Juli 1939, menghasilkan keputusan tentang Kitab Shiyam dan beberapa masalah.
- 1941: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Congres Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta, 7 s.d. 12 Januari 1941, menghasilkan keputusan tentang beberapa masalah.
- 1950: Untuk pertama kalinya nama Congres diganti dengan Muktamar. Sidang Khususi Tarjih pada Muktamar Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta, 21 s.d. 26 Desember 1950, menghasilkan keputusan tentang Kitab Zakat. K.R.H. Hadjid sebagai Ketua Majelis Tarjih kala itu.
- 1953: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Muktamar Muhammadiyah ke-32 di Purwokerto, Banyumas, 9 s.d. 14 Juli 1953, menghasilkan keputusan tentang Kitab Haji dan Kitab Wakaf.
- 1954/1955: Muktamar Khususi Tarjih Yogyakarta, untuk pertama kalinya diadakan tidak bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah, diselenggarakan pada 29 Desember 1954 s.d. 3 Januari 1955, di Gedung Mu’allimaat, Yogyakarta, menghasilkan keputusan tentang Kitab Masalah Lima.
- 1956: Sidang Muktamar Khususi Tarjih pada Muktamar Muhammadiyah ke-33 di Palembang, 17 s.d. 22 Zulhijah 1375 H/24s.d. 29 Juli 1956, menghasilkan keputusan tentang Kitab Jama’ah dan Jum’ah. Pada Muktamar ini, untuk pertama kalinya dicantumkan penanggalan hijriah bersama penanggalan masehi pada Logo Muktamar.
- 1960: Muktamar Khususi Tarjih Pekajangan, diselenggarakan tidak bersamaan lagi dengan Muktamar Muhammadiyah, pada 16 s.d. 20 Juli 1960, di Pekajangan, Pekalongan. Muktamar ini membahas beberapa persoalan seperti pembatasan kelahiran, masalah tabir, pandu putri, perburuhan dan hak milik, namun tidak mengambil keputusan. Ketua Majelis Tarjih saat itu telah dijabat oleh K.R.T. Wardan Diponingrat
- 1968: Muktamar Tarjih Sidoarjo, diselenggarakan pada 27 s.d. 31 Juli 1968, di Sidoarjo, juga tidak bersamaan lagi dengan Muktamar Muhammadiyah, demikian pula Muktamar-muktamar Tarjih selanjutnya. Muktamar Tarjih ini menghasilkan Keputusan tentang, a. Bank; b. Keluarga Berencana; c. Nalo, Lotto dan Sesamanya; d. Hijab (Tabir); e. Gambar KH.A. Dahlan; f. Tuntunan Shalat Tathawu’; dan g. Aqiqah dan Kelahiran Anak.
- 1972: Muktamar Tarjih Wiradesa, diselenggarakan pada 23 s.d. 28 April 1972 di Pencongan, Wiradesa, Pekalongan. Muktamar Tarjih ini menghasilkan Keputusan tentang, a. Shalat Tathawu’dan Sujud Syukur; b.Seputar Zakat c. Bacaan Salam dalam Shalat; d. Qunut; e. Mudhaharah ‘Aisyiyah; f. Asuransi dan Pertanggungan; g. Hisab/Astronomi; dan h. Perbankan
- 1975: Muktamar Tarjih Garut, diselenggarakan pada 18 s.d. 23 Rabiulakhir 1396 H/18s.d. 23 April 1976 di Garut Muktamar Tarjih ini mulai menggunakan hitungan angka penyelenggaraan, yaitu Muktamar Tarjih XX Garut. Angka XX dihitung dari Muktamar Khususil pada Congres Muhammadiyah ke-18 di Solo tahun 1929 sampai dengan Muktamar Tarjih XIX di Wiradesa. Muktamar Tarjih XX di Garut ini menghasilkan Keputusan tentang, a. Tuntunan Shalat Tathawu’: Idain, Kusufain, dan Istisqa’; b. Nishab Zakat Naqdain dan Standarnya; c. Adabul Mar’ah filslam; d. Al-Amwal fi-Islam dane. Koreksi dan Usul-usul
- 1980: Muktamar Tarjih XXI, diselenggarakan pada 20 s.d. 25 Jumadilawal 1400 H/6 s.d. 11 April 1980 di Klaten, menghasilkan Keputusan tentang, a.Bayi Tabung: b. Transplantasi; c. Tuntunan Shaum Tathawu’; d. Sujud Sahwi dan Shalat Sunnatul-Wudlu’; e. Koreksi Bacaan Taswib; dan f. Qa’idah Ushul Fiqh. Namun untuk alasan yang belum diketahui, Keputusan Muktamar Tarjih XXI ini belum ditanfidz oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
- 1989: Muktamar Tarjih XXII, diselenggarakan pada 6 s.d. 10 Rajab 1409 H/12s.d. 16 Februari 1989 di Malang menghasilkan Keputusan tentang, a. Tuntunan Keluarga Sakinah dan Nikah Antar Agama; b. Hukum Aborsi; c. Zakat Profesi d. Koperasi Simpan Pinjam; e. Asuransi f. Usul dan Peninjauan Kembali Keputusan Muktamar Tarjih; dan g. Rekomendasi Tarjih: a. Tajdid dan Iptek dalam Muhammadiyah; b. Fungsionalisasi Majelis Tarjih; Pemasyarakatan Keputusan Tarjih. Muktamar Tarjih XXII ini diadakan pada masa kepemimpinan K.H. Ahmad Azhar Basyir sebagai Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
- 1995: Pada penyelenggaraan Muktamar XXIII ini, nama Muktamar diganti dengan Musyawarah Nasional, sehingga nama lengkapnya menjadi Musyawarah Nasional XXIII Tarjih Muhammadiyah, dan kembali diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah, yaitu Muktamar Muhammadiyah ke-43 pada 8 s.d. 12 Shafar 1416 H/6 s.d. 10 Juli 1995 di Banda Aceh. Munas Tarjih XXIII ini menghasilkan Keputusan tentang a. Kebudayaan dan Kesenian dalam Perspektif Islam; dan b. Hubungan Kerja dan Ketenagakerjaan dalam Perspektif Islam. Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menjabat kala ini adalah Prof. Drs. H. Asjmuni Abdurrahman.
- 1995: Perubahan nama Majelis Tarjih menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, pasca Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Banda Aceh, pada periode kepemimpinan “duo Amin”, yaitu Prof. Dr. H. M. Amien Rais, M.A. sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam.
- 2000: Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 22 s.d. 24 Syawal 1420 H/29 s.d. 31 Januari 2000 M di Universitas Muhammadiyah Malang, menghasilkan Keputusan tentang, a. Kaidah Pokok Manhaj Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam; b. Tuntunan Manasik Haji dan Tuntunan Thaharah; c. Tuntunan Ramadhan, Zakat Fitri dan Zakat Mal; d. Keluarga Sakinah dan Masalah Keagamaan Kontemporer; e. Tafsir Tematik Al-Qur’an; dan f. Strategi Gerakan Tajdid dan Pengembangan Pemikiran Islam. Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menjabat pada Munas XXIV ini adalah Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah.
- Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah, diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah ke-44 pada 3 s.d. 6 Rabiulakhir 1421 H/5 s.d. 8 Juli 2000 M di Pondok Gede Jakarta, menghasilkan Keputusan tentang, a. Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam; b. Zakat Profesi dan Zakat Lembaga; c. Penetapan Awal Bulan Kamariah dan Matlak; d. Pengembangan HPT (Thaharah serta Zikir dan Doa); dan e. Beberapa Rekomendasi.
- 2003: Musyawarah Nasional XXVI Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 5s.d.9 Syakban 1424 H/1 s.d.5 Oktober 2003 M di Padang, menghasilkan Keputusan tentang a. Etika Politik dan Etika Bisnis; b. Refungsionalisasi dan Restrukturi Organisasi; c.Pengembangan HPT (Pengobatan Alternatif, Puasa Tathawu, Tuntunan Melaksanakan Shalat Jumat, dan Tuntunan Merawat Jenazah); d. Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam; e. Fikih Perempuan serta Pornografi dan Pornoaksi; f. Hisab dan Rukyat; dang. Rekomendasi. Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menjabat kala ini adalah Prof. Dr. H.Syamsul Anwar, M.A..
- 2005: Perubahan nama Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam menjadi Majelis Tarjih dan Tajdid, pada periode kepemimpinan Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, M.A. sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A. sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid.
- 2010: Musyawarah Nasional XXVII Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 16 s.d. 19 Rabiulakhir 1431 H/1 s.d. 4 April 2010 M di Malang, menghasilkan Keputusan tentang, a. Fikih Tata Kelola b. Tuntunan Seni Budaya Islam; c. Beberapa Masalah Ibadah dan Muamalah (Ucapan Salam Penutup Shalat, Bacaan Basmalah, dan Bunga Bank); dan d. Pedoman Hisab Muhammadiyah.
- 2014: Musyawarah Nasional XXVIII Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 27 s.d. 29 Rabiulakhir 1435 H/27 Februari s.d. 1 Maret 2014 M di Palembang, menghasilkan Keputusan tentang, a. Fikih Air: Perspektif Muhammadiyah; b. Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah; dan c. Tuntunan Manasik Haji.
- 2015: Musyawarah Nasional XXIX Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 1 s.d. 4 Syakban 1436 H/19 s.d. 22 Mei 2015 M di Yogyakarta, menghasilkan Keputusan tentang, a. Fikih Kebencanaan; dan b. Tuntunan Shalat.
- 2018: Musyawarah Nasional XXX Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan pada 6 s.d. 9 Jumadilawal 1439 H/23 s.d. 26 Januari 2018 M di Makassar, mengambil Keputusan tentang a. Fikih Perlindungan Anak b. Fikih Informasi; dan c. Tuntunan Ibadah: Shalat Jamaah, Shalat Jamak dan Qasar, Shalat Sunah Isyraq, Status Hukum Shalat Taubah dan Shalat Hajat. Keputusan Munas XXX ini belum ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
- 2020: Musyawarah Nasional XXXI Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan dalam situasi pandemi Covid-19, secara blended (daring dan luring), dengan tuan rumah (host) Universitas Muhammadiyah Gresik Munas XXXI ini dilaksanakan secara bertahap setiap Sabtu dan Ahad, pada tanggal 13 s.d. 14 Rabiulakhir 1442 H/28 s.d. 29 November 2020 M, 20 s.d. 21 Rabiulakhir 1442 H/5 s.d. 6 Desember 2020 M, 27 s.d. 28 Rabiulakhir 1442 H/12 s.d. 13 Desember 2020 M, 4 s.d. 5 Jumadilawal 1442 H/19 s.d. 20 Desember 2020 M. Munas ini mengambil Keputusan tentang, a. Fikih Zakat Kontemporer; b.Fikih Difabel; c. Fikih Agraria; d. Risalah Akhlak Islam Filosofis; e. Eutanasia, Physician Assisted Suicide dan Palliative Care, f. Kriteria Waktu Subuh; dan g. Pengembangan dan Penyempurnaan Putusan Tarjih: Hukum Puasa Ayyamul Bidh dan Puasa Tiga Hari Setiap Bulan, Sujud Sahwi, Shalat Sunah Sesudah Wudu dan Rawatib Qabliyah Asar, Kaifiyah Shalat Istisqa’, Kaifiyah Shalat Gaib, Shalat Jumat dijamak dan diqashar dengan Shalat Asar. Di antara Keputusan Munas XXXI ini baru satu yang ditanfidz oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yaitu mengenai Kriteria Waktu Subuh.
- 2024: Musyawarah Nasional XXXII Tarjih Muhammadiyah diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan pada 13 s.d 15 Syakban 1445 H/23 s.d. 25 Februari 2024 M. Munas ini akan membahas tiga materi tentang, a. Pengembangan Manhaj Tarjih; b. Fikih Wakaf Kontemporer; c. Kalender Hijriyah Global Tunggal.
Penulis: Amirudin dan Ilham Ibrahim